Kamis, 04 Juni 2015

Dosen : Diyahwati, S.Tp.,M.Pd
Mata Kuliah : Lingkungan dan Pengolahan Limbah

 MAKALAH LINGKUNGAN DAN PENGOLAHAN LIMBAH





SUSANNA
1227041033






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2014




DAFTAR ISI
SAMPUL
DAFTAR ISI ...................................................................................................  i
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang ....................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah.................................................................................. 3
C.     Tujuan ....................................................................................................  3
BAB II PEMBAHASAN
A.    Dampak yang ditimbulkan limbah industri tahu.................................... 4
B.     Cara pengolahan limbah industri tahu .................................................... 5
C.     Penerapan sanksi–sanksi dalam menanggulangi pencemaran limbah
pabrik tahu terhadap linkungan hidup 2.................................................. 6
D.    Peran pemerintah dalam mengatasi permasalahan lingkungan
akibat industri 2....................................................................................... 7
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan............................................................................................. 9
B.     Saran ......................................................................................................  9
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 10















BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Industrialisasi tidak bisa terlepas dari tuntutan pengelolaan limbah. peningkatan volume dan keragaman limbah pada dasarnya adalah beban masyarakat karena dampak negatif yang mungkin timbul akibat keberadaan limbah yang tidak dikelola dan ini akhirnya akan dirasakan masyarakat. Oleh karena itu, permasalahan limbah harus dikelola oleh semua pihak, baik masyarakat dan pemerintah selaku pemegang otoritas pemerintahan. Beberapa aspek yang termasuk dalam kegiatan pengelolaan limbah yaitu: pewadahan (storage), pengumpulan (collection), pemindahan (transfer), pengangkutan (transport), pengolahan (processing) dan juga pembuangan akhir (disposal).
Sinergi antara industrialiasasi yang ramah lingkungan dan manajemen pengelolaan limbah yang terpadu – sistematis saat ini menjadi sesuatu yang sangat penting sebab sinergi ini akan memberikan manfaat secara makro, tidak hanya kelangsungan dari industrialisasi itu sendiri, termasuk skala industri rumah tangga dan usaha yang dilakukan secara mikro, tetapi juga terjaganya lingkungan dari ancaman polusi.
Membangun industrialisasi yang berwasasan lingkungan sangat penting, terutama dengan mengacu pada proses kegiatan penilaian terhadap resiko lingkungan akibat dari kegiatan atau hasil buangan industri untuk mendapatkan resiko terkecil. Upaya membangun sinergi industrialisasi yang ramah lingkungan tidak hanya diprioritaskan di daerah perkotaan yang lebih padat penduduk, tetapi juga di perdesaan. Selain itu, konsumen juga perlu ditumbuhkembangkan terhadap minat konsumsi produk yang ramah lingkungan yang kemudian ini dikenal dengan pro-environmental product.
Penanganan limbah di perkotaan, termasuk Solo merupakan salah satu permasalahan perkotaan yang sampai kini menjadi tantangan terberat. Pertambahan penduduk dan peningkatan aktivitas yang pesat di kota, termasuk keberagaman industri kecil, termasuk industri tahu - tempe, telah memicu jumlah limbah dan aspek persoalannya. Diprediksi paling banyak hanya 60% - 70 % yang bisa terangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) oleh institusi yang bertanggung jawab masalah kebersihan, misalnya Dinas Kebersihan. Limbah yang tak terangkut ditangani swadaya atau tercecer dan secara sistematis terbuang ke mana saja.
Dari beragam limbah yang ada, salah satunya yang menarik dikaji adalah limbah industri tahu  karena makanan ini adalah identik dengan makanan pokok rakyat di Indonesia sehingga penanganan limbahnya menjadi sangat menarik dikaji. Sebagian besar industri tahu merupakan industri rumah tangga yang belum memiliki unit pengolahan limbah dan di sisi lain Sangat banyak limbah cair dihasilkan setiap pengolahan satu kuintal kedelai sehingga persoalan ini dapat menjadi ancaman serius bagi lingkungan.
Prinsip pembuatan tahu mengekstrak protein kedelai melalui penggilingan biji kedelai menggunakan air. Konsumsi kedelai masyarakat Indonesia setiap tahunnya mencapai 2,24 juta ton dan lebih separuh konsumsi kedelai dipakai untuk pembuatan tahu. Aspek lain yang perlu mendapat perhatian yaitu setiap kuintal kedelai yang digunakan untuk pembuatan tahu menghasilkan air limbah 1,5 - 3 m3 (M.Nasir dkk dalam Nurhasan dan Pramudyanto, 2011). Oleh karena itu, setiap tahun akan dihasilkan limbah cair tahu lebih 16,8 juta ton dan hal ini menjadi masalah yang serius jika besarnya volume limbah yang dihasilkan melebihi daya dukung lingkungan.
Selain itu, efek negatif yang juga timbul misal bau busuk, merembesnya air limbah mencemari air tanah, penyakit gatal dan diare jika tercemar ke dalam air tanah yang dimanfaatkan oleh manusia. Fakta lain sebagian besar industri tahu merupakan industri kecil sehingga pengolahan air limbah menjadi beban ekonomi bagi proses produksi, selain fakta keterbatasan sumberdaya.
Terkait dengan permasalahan pencemaran lingkungan akibat industri membawa dampak yang luar biasa terhadap kehidupan masyarakat, karena bisa menimbulkan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, perlu penanganan yang serius untuk mengatasinya. Sehingga antara pemerintah, masyarakat dan lingkungan dibutuhkan hubungan timbal balik yang selalu harus dikembangkan agar tetap dalam keadaan yang serasi dan dinamis. Untuk melestarikan hubungan tersebut dibutuhkan adanya peran serta dari masyarakat maupun pemerintah itu sendiri.

B.       Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1.         Bagaimanakah dampak yang ditimbulkan limbah industri tahu ?
2.         Bagaimana cara pengolahan limbah industri tahu ?
3.         Bagaimana penerapan sanksi–sanksi dalam menanggulangi pencemaran limbah pabrik tahu terhadap linkungan hidup ?
4.         Bagaimana peran pemerintah dalam mengatasi permasalahan lingkungan akibat industri?

C.    Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu:
1.      Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan limbah industri tahu
2.      Untuk mengetahui cara pengolahan limbah industri tahu
3.      Untuk mengetahui penerapan sanksi–sanksi dalam menanggulangi pencemaran limbah pabrik tahu terhadap linkungan hidup
4.      Untuk mengetahui peran pemerintah dalam mengatasi permasalahan lingkungan akibat industri










BAB II
PEMBAHASAN
A.    Dampak yang Ditimbulkan Limbah Industri Tahu
Dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran bahan organik limbah industri tahu adalah gangguan terhadap kehidupan biotik. Turunnya kualitas air perairan akibat meningkatnya kandungan bahan organik. Aktivitas organisme dapat memecah molekul organik yang kompleks menjadi molekul organik yang sederhana. Bahan anorganik seperti ion fosfat dan nitrat dapat dipakai sebagai makanan oleh tumbuhan yang melakukan fotosintesis.
Selama proses metabolisme oksigen banyak dikonsumsi, sehingga apabila bahan organik dalam air sedikit, oksigen yang hilang dari air akan segera diganti oleh oksigen hasil proses fotosintesis dan oleh reaerasi dari udara. Sebaliknya jika konsentrasi beban organik terlalu tinggi, maka akan tercipta kondisi anaerobik yang menghasilkan produk dekomposisi berupa amonia, karbondioksida, asam asetat, hirogen sulfida, dan metana. Senyawa-senyawa tersebut sangat toksik bagi sebagian besar hewan air, dan akan menimbulkan gangguan terhadap keindahan (gangguan estetika) yang berupa rasa tidak nyaman dan menimbulkan bau.
Limbah cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut, akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan hayati yang akan menimbulkan gangguan terhadap kesehatan karena menghasilkan zat beracun atau menciptakan media untuk tumbuhnya kuman penyakit atau kuman lainnya yang merugikan baik pada produk tahu sendiri ataupun tubuh manusia. Bila dibiarkan, air limbah akan berubah warnanya menjadi cokelat kehitaman dan berbau busuk. Bau busuk ini mengakibatkan sakit pernapasan. Apabila air limbah ini merembes ke dalam tanah yang dekat dengan sumur maka air sumur itu tidak dapat dimanfaatkan lagi. Apabila limbah ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih digunakan akan menimbulkan gangguan kesehatan yang berupa penyakit gatal, diare, kolera, radang usus dan penyakit lainnya, khususnya yang berkaitan dengan air yang kotor dan sanitasi lingkungan yang tidak baik.

B.     Pengolahan Limbah Industri Tahu
1.      Pengolahan Limbah Padat Industri Tahu
Limbah padat industri tahu meliputi ampas tahu yang diperoleh dari hasil pemisahan bubur kedelai. Ampas tahu masih mengandung protein yang cukup tinggi sehingga masih dapat dimanfaatkan kembali. Ampas tahu masih mengandung protein 27 gr, karbohidrat 41,3 gr, maka dimungkinkan untuk dimanfaatkan kembali menjadi kecap, taoco, tepung yang dapat digunakan dalam pembuatan berbagai makanan (kue kering, cake, lauk pauk, kerupuk, dll).
Ampas tahu kebanyakan oleh masyarakat digunakan sebagai bahan pembuat tempe gembus. Hal ini dilakukan karena proses pembuatan tempe gembus yang mudah (tidak perlu keterampilan khusus) dan biayanya cukup murah. Selain tempe gembus, ampas tahu juga diolah untuk dijadikan pakan ternak. Proses pembuatannya yaitu campuran ampas tahu dan kulit kedelai yang sudah tidak digunakan dicampur dengan air, bekatul, tepung ikan dan hijauan, lalu diaduk hingga tercampur rata, kemudian siap diberikan ke hewan ternak. Beberapa produk makanan dan aneka kue yang dibuat dengan penambahan tepung serat ampas tahu adalah lidah kucing, chocolate cookie, cake (roti bolu), dan kerupuk ampas tahu.
2.      Pengolahan limbah cair industri tahu
Sebagian besar industri tahu merupakan industri kecil (home industry), yang notabene adalah masyarakat pedesaan dengan tingkat pendidikan yang relatif rendah, maka operasional pengolahan air limbah menjadi salah satu pertimbangan yang cukup penting. Untuk pengolahan air limbah industri tahu biasanya dipilih sistem dengan operasional pengolahan yang mudah dan praktis serta biaya pemeliharaan yang terjangkau.
Pemilihan sistem pengolahan air limbah didasarkan pada sifat dan karakter air limbah tahu itu sendiri. Sifat dan karakteristik air limbah sangat menentukan didalam pemilihan sistem pengolahan air limbah, terutama pada kualitas air limbah yang meliputi parameter-parameter pH, COD (Chemical Oxygen Demand), BOD (Biological Oxygen Demand), dan TSS (Total Suspended Solid). Melihat karakteristik air limbah tahu diatas maka salah satu alternatif yang cukup tepat untuk pengolahan air buangan adalah dengan proses biologis. Cara ini relative sederhana dan tidak mempunyai efek samping yang serius.
a.       Gas bio.
Beberapa industri menggunakan bak penampungan dalam pengelolaan air limbah tahu. Bak-bak penampungan tersebut ada yang dibuat sistem kedap udara/ rapat udara dan ada yang sistem terbuka. Bak sistem kedap udara dengan proses anaerobik yang dapat menghasilkan gas alami (bio gas) yang kemudian ditampung dengan drum kemudian gas tersebut disalurkan melalui selang ke dapur yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan memasak. Air limbah yang ditampung di bak- bak terbuka dibiarkan mengalir dan tergenang secara terbuka lalu mengalir ke saluran irigasi. Dalam hal ini bau busuk dari limbah tahu masih menyengat .
b.      Sebagai sumber pupuk pertanian
Air limbah tahu yang mengandung zat organik oleh industri langsung dibuang ke saluran irigasi dapat dimanfaatkan untuk kesuburan tanah pertanian. Air limbah tahu merupakan limbah organik mudah terurai dan baik untuk pertanian. Biasanya para petani mencari air untuk mengairi sawahnya dan memanfaatkannya. Selain itu air limbah tahu juga berguna untuk tambahan makanan ikan-ikan peliharaan disawah. Biasanya para petani yang mengelola ikan disawah secara rutin dan terus menerus mengaliri sawahnya untuk makanan ikan dan hasilnya pun ikan cepat besar. Namun apabila konsentrasi air limbah terlalu pekat, maka air limbah tahu dapat menjadi sumber pencemaran air persawahan dan kolam sehingga ikan- ikan yang dipelihara disawah dan dikolam akan mati.

C.    Penerapan Sanksi–Sanksi Dalam Menanggulangi Pencemaran Limbah Pabrik Tahu Terhadap Linkungan Hidup
Penegakan hukum mengenai masalah lingkungan hidup di Negara kita, berdasarkan Pasal 98 UU No. 32 Tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup memberikan sanksi pidana (1) setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku mutu air laut, atau kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, di pidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banya Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Pada pasal 78 ayat (2) UU No. 32 Tahun 2009 menyatakan, apabila perbuatan sebagaimana yang di maksud pada ayat (1) mengakibatkan orang luka dan/atau bahaya kesehatan manusia, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan denda paling sedikit Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah) dan paling banyak Rp12.000.000.000,00 (dua belas miliar rupiah).

D.    Peran pemerintah dalam mengatasi permasalahan lingkungan akibat industri
Terkait dengan permasalahan pencemaran lingkungan akibat industri membawa dampak yang luar biasa terhadap kehidupan masyarakat, karena bisa menimbulkan kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, perlu penanganan yang serius untuk mengatasinya. Sehingga antara pemerintah, masyarakat dan lingkungan dibutuhkan hubungan timbal balik yang selalu harus dikembangkan agar tetap dalam keadaan yang serasi dan dinamis. Untuk melestarikan hubungan tersebut dibutuhkan adanya peran serta dari masyarakat maupun pemerintah itu sendiri. Hal ini agar tidak terjadi gangguan, masalah-masalah maupun perusakan yaitu pencemaran itu sendiri.
Untuk mencegah dan mengatasi limbah industri, pemerintah harus berperan aktif baik melalui perundang-undangan ataupun dengan cara yang lain. Pemerintah harus menggiatkan pembangunan yang berkesinambungan yaitu sustainable development dengan artian pembangunan yang berwawasan ke depan dengan maksud agar mampu dimanfaatkan oleh generasi sekarang maupun yang akan datang. UU nomor 4 tahun 1982 pasal 8 menyebutkan bahwa “Pemerintah menggariskan kebijaksanaan dan mendorong ditingkatnya upaya pelestarian kemampuan lingkungan hidup untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan”. Dalam kutipan UU No. 4 tahun 1982 pasal 8 dijelaskan bahwa: “ketentuan ini memberikan wewenang kepada pemerintah untuk mengambil langkah-langkah tertentu misal di bidang perpajakan sebagai insentif
guna lebih meningkatkan pemeliharaan lingkungan dan dis-insentif untuk mencegah perusakan dan pencemaran lingkungan”.
Berkaitan dengan pembangunan yang berwawasan lingkungan maka pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) mengantisipasi sedini mungkin agar tidak terjadi pencemaran sehingga pemerintah harus menekankan pada penggunaan teknologi yang bersih lingkungan karena perhatian terhadap lingkungan tidak hanya kepada masyarakat semata tetapi untuk perusahaan itu sendiri.
Terkait dengan peran pemerintah sebagai regulator dalam mengatasi pencemaran limbah, pemerintah dalam hal ini diwakili oleh Badan Lingkungan Hidup telah membuat program untuk mendukung penanganan tersebut di antaranya:
1.      Program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan
2.      Menerapkan prinsip daur ulang
3.      Koordinasi penilaian kota sehat atau adipura
4.      Pemantauan kualitas lingkungan
5.      Pengawasan pelaksanaan kebijakan bidang lingkungan hidup.
Jadi pada dasarnya untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, pemerintah harus melakukan pengawasan langsung maupun tidak langsung. Ketika semua program telah dibuat dan telah diterapkan, tetapi masih terlihat banyak terjadi pencemaran di mana-mana, hal ini bisa dari pihak pemerintah yang kurang tanggap meskipun program telah dibuat tanpa harus ada pengawasan lebih lanjut terhadap penerapan program yang ada sehingga program tersebut tidak bisa berjalan dengan maksimal.





BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan makalah dapat disimpulkan bahwa:
1.       Dampak dari pencemaran limbah pabrik tahu terhadap lingkungan hidup yaitu rusaknya kualitas lingkungan terutama perairan sebagai salah satu kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya.
2.       Untuk meminimalisir kerusakan lingkungan akibat limbah, dilakukan pengolahan limbah, baik itu pada limbah padat maupun limbah cair.
3.       Untuk para pelaku industri yang melanggar peraturan perundang-undangan akan mendapatkan sanksi yang telah diberlakukan berdasarkan Undang – Undang yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
4.       Untuk memaksimalkan penanganan masalah lingkungan antara pemerintah, masyarakat dan lingkungan dibutuhkan hubungan timbal balik yang selalu
harus dikembangkan agar tetap dalam keadaan yang serasi dan dinamis.
B.     Saran
Berdasarkan pembahasan makalah maka disarankan harus ada peran aktif dari pemerintah untuk melakukan pengawasan yang lebih disiplin dan tegas bagi para pengusaha khususnya pengusaha pabrik tahu sehingga masalah dampak yang terjadi pada lingkungan dapat diatasi bersama dan untuk para pengusaha khusunya pengusaha pabrik tahu harus apat mengikuti prosedur atau aturan yang berlaku yang di buat oleh pejabat yang berwenang dalam melaksanakan tanggung jawab dan kewajibannya.





DAFTAR PUSTAKA
Kaswinarni, Fibria. 2007. Kajian Teknis Pengolahan Limbah Padat Dan Cair Industri Tahu.http://eprints.undip.ac.id/17407/1/Fibria_Kaswinarni.pdf. diakses 15 Maret 2015

Anonim.2012. Pengelolaan Limbah Industri Tahu. http:// environmentalpublic. blogspot.com/2012/03/pengelolaan-limbah-industri-tahu.html. diakses 15 Maret

Adack, Jessy. 2013. Dampak Pencemaran Limbah Pabrik Tahu Terhadap Lingkungan Hidup. file: ///C: /Users/asus %20x201/ Favorites /Downloads /3200-5981-1-SM.pdf. diakses 15 Maret 2015

M. Nasir dkk. 2011. Problem Manajemen Lingkungan dan Isu Industrialisasi. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=4514&val=426. Diakses 17 Maret 2015
Said Zainal Abidin. Peran pemerintah dalam pembangunan. http://www.stialan.ac.id/artikel%20Said%20Zaenal.pdf. diakses 17 Maret 2015



Minggu, 10 Mei 2015

LAPORAN DASAR-DASAR BUDIDAYA

LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN (FIELD TRIP)




BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Field Trip adalah sebuah perjalanan lapangan, yang dikenal sebagai praktek lapangan. Pengertian lainnya field trip adalah perjalanan oleh sekelompok orang ke tempat yang jauh dari lingkungan yang normal mereka. Tujuan perjalanan biasanya pengamatan untuk penelitian pendidikan, non-eksperimental atau untuk menyediakan siswa dengan pengalaman luar kegiatan sehari-hari.
Field trip yang dilakukan adalah untuk mengetahui pembagian-pembagian laboratorium dan bagaimana tugasnya dalam UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikiltura Sulawesi Selatan, dan untuk mengetahui bagaimana teknik budidaya tanaman sayuran yaitu tomat, kol dan cabe. Kegiatan field trip ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Maros dan Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.
Adanya kunjungan ini, diharapkan para mahasiswa dapat menambah wawasannya dalam mempelajari seluk beluk dalam bidang pertanian, sehingga dapat menggugah motivasi mahasiswa dalam mempelajari berbagai bidang ilmu yang diterima dari luar kampus.
Dasar-dasar budidaya tanaman merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang pertumbuhan tanaman dari sifat genetik, faktor iklim, tanah dengan pertumbuhan tanaman, pupuk, dan sifat-sifatnya, pertumbuhan dan perkembangan tanaman, peranan benih dan zat tumbuh, pemasakkan tanaman dalam kaitannya dengan umur panen, pengelolaan lingkungan tanaman, pola tanam serta pengendalian hama, penyakit dan gulma.
Budidaya merupakan kegiatan terencana pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk diambil manfaat/hasil panennya. Kegiatan budidaya dapat dianggap sebagai inti dari usaha tani.
Sistem budidaya tanaman adalah sistem pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya alam nabati melalui upaya manusia yang dengan modal, teknologi, dan sumberdaya lainnya menghasilkan barang guna memenuhi kebutuhan manusia secara lebih baik.
Kegiatan budidaya termasuk dalam bagian hulu agribisnis. Apabila produk budidaya (hasil panen) dimanfaatkan oleh pengelola sendiri, kegiatan ini disebut pertanian subsistem, dan merupakan kegiatan agribisnis paling primitif. Pemanfaatan sendiri dapat berarti juga menjual atau menukar untuk memenuhi keperluan sehari-hari.
Agribisnis tidak hanya mencakup kepada industri makanan saja. Seiring perkembangan teknologi, pemanfaatan produk pertanian berkaitan erat dengan farmasi, teknologi bahan, dan penyediaan energi. Cakupan obyek pertanian yang dianut di Indonesia meliputi budidaya tanaman (termasuk tanaman pangan
B.     Rumusan Masalah
Setelah melaksanakan field trip, kami dapat menyimpulkan beberapa rumusan masalah yaitu sebagai berikut:
1.      Apa sajakah laboratorium yang ada di UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sul-Sel serta apa tugas dan fungsinya masing-masing?
2.      Bagaiman teknik budidaya tanaman tomat?
3.      Bagaiman teknik budidaya tanaman kubis ?
4.      Bagaimana teknik budidaya tanaman cabe?
C.    Tujuan
Tujuan kegiatan field trip yang telah kami lakukan selama dua hari di Maros dan di Enrekang adalah sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui laboratorium yang ada di UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sul-Sel serta tugas dan fungsinya masing-masing.
2.      Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman tomat.
3.      Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman kubis.
4.      Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman cabe.
D.    Manfaat
Manfaat dari field trip ini adalah kami para mahasiswa dapat mengetahui dengan rinci dasar-dasar dalam budidaya tanaman, baik itu dalam proses budidaya maupun pemeliharaan tanaman sehingga bisa diketahui bagaimana cara budidaya yang baik.




BAB II
METODOLOGI
A.      Waktu dan Tempat
Kegiatan field trip yang penulis lakukan berlangsung selama dua hari yaitu dengan waktu dan tempat sebagai berikut:
1.         Kegiatan/kunjungan pertama:
Hari/tanggal         : Rabu,12 November 2014
Tempat                 : UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan hortikultura
2.         Kegiatan kunjungan kedua:
Hari/tanggal         : Kamis, 13 November 2014
Tempat                 : Kebun sayur Enrekang
B.       Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang penulis gunakan selama melaksanakan kunjungan lapangan (field trip), yaitu sebagai berikut:
1.        Bus sebagai alat transportasi
2.        Ruangan untuk menerima materi
3.        Alat tulis menulis
4.        Kamera sebagai alat dokumentasi
5.        Baju praktek
C.      Prosedur Kerja
Kunjungan lapangan (filed trip) mata kuliah dasar-dasar budidaya tanaman berlangsung selama dua hari dengan terlebih dahulu mengunjungi UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan hortikultura Sul-Sel di Maros, dilanjutkan dengan kunjungan ke kebun sayuran di Enrekang.



Ada beberapa cara kerja (metode) yang dilakukan dalam kunjungan ini,
antara lain:
a.         UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan hortikultura Sul-Sel (Maros)
Di UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan hortikultura Sul-Sel (Maros) kunjungan lapang dilakukan dengan penerimaan materi di masing-masing laboratorium antara lain laboratorium agensi hayati, laboratorium pestisida,
laboratorium diagnosis OPT dan yang terakhir adalah lahan percobaan.
b.        Kebun Sayuran Enrekang
Di Enrekang, kunjungan lapang dilakukan dengan mengunjungi kebun sayuran yaitu tomat, cabe dan kol dan menerima materi langsung dari narasumber tentang teknik budidaya sayuran tersebut.




BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sul-Sel
Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sul-Sel terdiri dari empat jenis bagian, tiga diantaranya merupakan laboratorium, yaitu laboratotium agensi hayati, laboratorium organisme pengganggu tanaman (OPT) dan laboratorium pestisida. Sedangkan satu bagian yang lain yaitu kebun percobaan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sul-Sel. Untuk lebih jelasnya pembagian Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sul-Sel, yaitu
sebagai berikut.
1.      Laboratorium Agensi Hayati
Agensi hayati adalah teknologi pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) ramah lingkungan tanpa menggunakan bahan kimia. Laboratorium agensi hayati bertugas untuk meramu dan menciptakan pestisida-
pestisida nabati untuk mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT).
a.       Pembuatan Pestisida Nabati
1)      Bahan dan alat:
a)      Bahan nabati/ tanaman
b)      Air bersih
c)      Alkohol 70%
d)     Lumping/ blender
e)      Talang/ blender
2)      Cara pembuatan ekstrak nabati:
a)      Bahan tumbuhan dicuci lalu ditumbuk/ dihaluskan
b)      Campur air dengan perbandingan 100 gr bahan tumbuhan dari daun dalam 1 (satu) liter air atau 50 gr bagian tumbuhan dari biji-biji.
c)      Tambahkan 5-10 ml alcohol 70% (sebagai pelarut), jika tidak ada alcohol rebuslah ekstrak tersebut sampai mendidih.
d)     Biarkan ekstrak tersebut selama 30-120 menit, lakukan penyaringan
e)      Larutan siap pakai
b.      Pupuk Organik Cair (POC)
Pupuk organic cair (POC) dibuat dari bahan baku organik yang diformulasikan dalam bentuk cair yang mengandung hara sesuai kebutuhan tanaman ini diharapkan dapat merangsang pertumbuhan tunas baru, menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman, meningkatkan produksi dan menjaga kestabilan produksi, memperbaiki klorofil pada daun, merangsang pertumbuhan bunga dan buah, memperbaiki daya tahan pada tanamna. Adapun cara pembuatan POC yaitu sebagai berikut:
1)      Bahan dan alat:
Daun hijauan, kulit buah coklat/kemiri/kopi, pucuk labu/rebung. Kulit telur, air beras, air kelapa, buah-buahan (pisang, nenas, papaya,apel dll), gula pasir, bioaktifator, ember dan karung.
2)      Cara pembuatan:
a)      Semua bahan dicincang sekecil mungkin dan bahan berair dimasukkan langsung ke ember
b)      Bahan dimasukkan ke dalam karung sebanyak ½ ember
c)      Lalu isi dengan air sampai ¾ ember
d)     Masukkan gula secukupnya dan bioaktifator kedalam ember, lalu ditutup
e)      Aduk setiap hari, selama 2 minggu
f)       Bila sudah tercium bau tape dan banyak putih-putih yang terapung maka pertanda kalau pupuk cair sudah jadi
g)      Masukkan ke dalam botol, tutup rapat.
c.       Bahan Nabati dan Fungsinya
1)      Bawang putih. OPT sasaran: ulat, hama pengisap, nematoda, bakteri, embun tepung
2)      Sereh. OPT sasaran: ulat kubis, hama gudang
3)      Biji mindi. OPT sasaran: kutu daun, belalang, nematode, bercak daun, ulat grayak, wereng hijau, wereng cokelat dan hama gudang
4)      Sirih. OPT sasaran: walang sangit
5)      Mahoni. OPT sasaran: golongan serangga
6)      Daun sirsak. OPT sasaran: kutu daun, wereng, ulat daun, belalang dan lalat
7)      Nimba. OPT sasaran: ulat buah, kutu, ulat daun kubis, penggorok daun, rebah kecambah, ulat grayak, nematode.
8)      Trichokompos. Mengandung bahan aktif trichoderma sp. Trichokompos mempunyai bahan alami yang dibuat dari sumber hati tanah dan bertindak sebagai mikroba antagonis terhadap penyakit tanaman, dapat menahan masuknya pathogen penyakit melalui akar, serta mengeluarkan anti biotik
yang dapat mematikan pathogen dan rama lingkungan.
d.      Alur Kerja Pengembangan Agensi Hayati
Alur kerja pengembangan agensi hayati dapat dilihat pada gambar 3.1
 











Gambar 3.1 Alur kerja pengembangan agensi hayati



2.      Laboratorium Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Organisme pengganggu tanaman (OPT) adalah organism yang tidak diinginkan keberadaannya dalam pertanaman. Laboratorium organism pengganggu tanaman bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis organisme pengganggu tanaman dan cara pengendaliannya.

a.       Tugas dan Fungsi
Laboratorium organisme pengganggu tanaman (OPT) memiliki tugas pokok dan fungsi, yaitu sebagai berikut:
1)      Tugas Pokok
Melaksanakan sebagian tugas teknis UPTD BPTPH Provinsi Sulaweai Selatan
2)      Fungsi
a)      Mengidentifikasi/ diagnosis OPT tanaman pangan dan hortikultura
b)      Melakukan pengambilan sampel OPT (populasi/serangan) untuk pembuatan koleksi
c)      Melakukan kajian teknologi pengendalian OPT tanaman pangan dan hortikultura
d)     Menyusun rekomendasi pengendalian OPT hasil identifikasi di lapangan dan laboratorium
e)      Menyusun pest list OPT pangan dan hortikultura
f)       Melakuakan pembinaan klinik PHT di tingkat kelompok tani
g)      Melayani konsultasi penanganan OPT pangan dan hortikultura
b.      Pemeriksaan Tanaman Sakit
Tahapan yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan tanaman yang sakit yaitu sebagai berikut:
1)   Melihat gejala: bagaimana bentuk gejala yang sedang di hadapi baik gejala dalam maupun gejala-gejala luarnya. Gejala luar dapat dilihat dengan mata biasa sedang gejala dalam sering pula hanya dilihat secara mikroskopik, kebanyakan penyakit menunjukkan gejala khas pada tanaman tertentu
2)   Melihat tanda-tanda penyebab penyakitnya untuk lebih memperkuat apa yang didapatkan dari pemeriksaan gejala, dengan cara melembabkan bagian tanaman yang sakit agar merangsang keluarnya bagian-bagian patogen pada jaringan.
3)   Melakukan Postulat Koch
Bila perlakuan diatas belum ada hasil maka diidentifikasi lebih lanjut dengan cara:
1)      Penyebab penyakit harus selalu terdapat pada bagian tanaman yang menunjukkan gejala sakit
2)      Penyebab penyakit dapat diisolasi dan dipelajari sifat-sifatnya dalam biakan murni
3)      Biakan murni tersebut harus dapat ditularkan pada tanaman pada tanaman bagian yang sama (satu biotip) dan menimbulkan gejala yang sama pula.
4)      Penyebab penyakit tersebut harus dapat diisolasi kembali dari tanaman yang ditulari tadi dan biakan murni diperoleh hasil yang meyakinkan, maka perlu dicari cara-cara lain atau diadakan penelitian yang lebih
mendalam untuk menentukan jenis penyakit dan penyebabnya.
c.       Pembuatan Koleksi Kering Untuk Serangga
1)      Alat dan bahan
a)      Jaring
b)      Kantong plastik/botol
c)      Kapas
d)     Kloroform
e)      Jarum suntik
f)       Kuas
g)      Amplop
h)      Formalin 5%
i)        Kertas Koran
j)        Jarum pentul
k)      Karet busa
l)        Kotak koleksi
m)    Label
n)      Alat tulis
2)      cara kerja
a)      Tangkaplah serangga dengan menggunakan jarring serangga
b)      Hati-hati terhadap serangga yang berbahaya
c)      Matikan serangga dengan jalan memasukkannya kedalam kantong plastik yang telah diberi kapas yang dibasahi
d)     Serangga yang sudah mati dimasukkan kedalam kantong atau stoples tersendiri. Kupu-kupu dan capung dimasukkan kedalam amplop dengan hati-hati agar sayapnya tidak patah
e)      Suntiklah badan bagian belakang serangga dengan formalin 5%. Sapulah (dengan kuas) bagian tubuh luar dengan formalin 5%
f)       Sebelum mongering, tusuk bagian dada serangga dengan jarum pentul
g)      Pengeringan cukup dilakukan di dalam ruangan pada suhu kamar. Tancapkan jarum pentul pada plastic atau karet busa
h)      Untuk belalang, rentangkan salah satu sayap kea rah luar. Untuk kupu-kupu, sayapnya direntangkan pada papan perentang atau kertas tebal sehingga tampak indah, begitu juga capung. Kertas atau kayu)
i)        Beri label
j)        Setelah kering, serangga dimasukksn kedalam kotak insektarium (dari
d.      Pembuatan Koleksi Kering ( Herbarium)
1)      Alat dan bahan
a)      Karton/duplek
b)      Kertas Koran
c)      Sasak dari bambu/tripleks
d)     Sampel tanaman
e)      Alat tulis
2)      Cara kerja
a)      Ambil salah satu tanaman/ bagian dari tanaman yang akan dikoleksi
b)     Semprotlah dengan alcohol 70% untuk mencegah pembusukan oleh bakteri dan jamur
c)      Atur posisi tanaman pada lembaran koran hingga rata, lapisi lagi dengan beberapa lembar koran, tangkup dengan alat herbariumi/tripleks pada kedua sisinya lalu kuatkan baut atau ikat dengan kencang sehingga tanaman ter-pres dengan kuat, ganti koran dengan dengan yang kering setiap kali koran pembungkus tanaman basah
d)     Tanaman dikatakan kering jika sudah cukup kaku dan tidak terasa dingin.
e)      Tanaman yang akan dibuat herbarium, sebaiknya memiliki bagian-bagian yang lengkap. Jika bunganya mudah gugur maka masukkan bunga tersebut dalam amplop dan selipkan pada herbarium, daun atau bagian tanaman yang terlalu panjang bisa dilipat.
f)      Di udara lembab, specimen dijemur dibawah terik matahari atau didekat api
g)     Tempelkan tanaman yang telah dikeringkan pada karton dengan menggunakan jahitan tak/selotip
h)     Lengkapi keterangan yang terdapat pada collector book
e.       Pembuatan Koleksi Basah
1)      Alat dan bahan
a)      Alkohol 70% 250 ml
b)      Formalin 95% 50 ml
c)      Aquades 2000 ml
d)     Terusi secukupnya
e)      Bahan koleksi
f)       Botol koleksi
g)      Baskom
h)      Gelas ukur
2)      Cara kerja
a)      Ambilah salah satu bagian tanaman yang terserang OPT
b)      Bersihkan dari segala kotoran
c)      Buatlah larutan (bahan 1-3) sesuai dengan takaran, lalu masukkan terusi secukupnya sesuai warna yang dikehendaki, aduk sampai rata
d)     Masukkan larutan dalam botol
e)      Masukkan bahan koleksi sesuai gejala serangan yang ada
f)      Tutup botol dengan rapat
g)     Lakukan pelabelan (nama OPT, komoditi, lokasi sampel, waktu
pengambilan sampel, kolektor)
f.       Identifikasi Tungro Dengan Yodium Tintur
1)      alat
a)      Kompor listrik
b)     Gelas piala
c)      Alat pengaduk
d)     Cawan petri
e)      Gunting
2)      Bahan                                     
a)      Yodium teture
b)     Alkohol 70% atau 96 %
c)      Aquadest
d)     Gejala serangan
3)      Cara kerja
a)      Daun tanaman sakit dipotong sepanjang 10-15 cm
b)     Rebus daun tanaman dalam alkohol selama 30 menit atau merendam daun dalam alkohol selama 24 jam( daun warna putih) karena klorofilnya telah keluar.
c)      Angkat daun tersebu lalu rendam dalam larutan yodium selama 10 menit
d)     Cuci dengan alkohol untuk menghilangkan sisa larutan yodium pada
Daun


3.      Laboratorium Pestisida
Laboratorium formulasi pestisida bertugas dalam pemeriksaan mutu dan sifat fisik.
a.       Bagan Alur Analisis Residu Pestisida
Bagan alur analisis residu pestisida dapat dilihat pada gambar 3.2:
 














                                                         
Gambar 3.2 Bagan alur analisis residu pestisida
b.      Alat Alat yang Digunakan Dalam Ruang Formulasi Pestisida
1)      Exhause Fan
a)      Cara menggunakan
(1)     “ON” kan exhause fan
(2)     Gunakan sesuai kebutuhan
(3)     “OFF”kan exhause fan setelah digunakan
b)      Cara pemeliharaan alat: bersihkan kipas secara berkala
2)      Mag Mixer M41
a)      Cara menggunakan
(1)     Hubungkan arpus listrik
(2)     Naikkan contoh yang akan dilarutkan keatas mag mixer
(3)     Atur kecepatan yang diinginkan
(4)     Turunkan kecepatan dengan perlahan-lahan sampai posisi nol, setelah selesai digunakan
(5)     Turunkan contoh dari mag mixer
(6)     Lepaskan arus listrik
b)      Cara pemeliharaan alat: gunakan alat sesuai fungsinya dan instruksi kerjanya
3)      Piknometer
a)      Cara menggunakan:
(1)     Cuci piknometer dengan aquadest
(2)     Bilas dengan pelarut aceton
(3)     Keringkan dengan hair dryer
(4)     Timbang piknimeter kosong (a)
(5)     Timbang piknometer berisi air (b)
(6)     Timbang piknometer berisi sampel (c)
(7)     Cuci piknometer dengan aceton
(8)     Keringkan dengan hair dryer.
b)      Cara pemeliharaan alat:
(1)     Pastikan piknometer dalam keadaan baik (tidak retak)
(2)     Bersihkan piknometer
(3)     Sebelum dan sesudah digunakan
(4)     Gunakan sesuai instruksi kerja secara baik dan benar






4.      Kebun Percontohan
Kebun percontohan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura menggunakan konsep pertanian berkelanjutan atau organik karena tanaman tidak menggunakan pestisida kimia.
 Kebun percontohan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura memakai sistem tumpang sari, dimana pada lahan ditanami berbagai jenis tanaman dan diberi border atau tanaman perangkap disekeliling lahan sehingga
hama hanya menyerang tanaman perangkap.
B.     Tanaman Sayuran Enrekang
Budidaya tanaman sayuran yang kami jumpai di Enrekang ada 3 jenis tanaman sayuran, yaitu tomat, kubis dan cabe. Adapun teknik budidaya tanaman
sayuran tersebut,yaitu sebagai berikut:
1.      Teknik Budidaya Tanaman Tomat
Tomat (Lycopersicon sp. Mill.) termasuk sayuran buah dan banyak mengandung vitamin A, Vitamin C, dan sedikit vitamin B. Beberapa jenis tomat yang biasa dibudidayakan oleh petani antara lain:  (1) tomat biasa (Lycopersicum commune) buahnya bulat pipih, lunak, bentuknya tidak teratur, (2)tomat Apel (Lycopersicum pyriforme) buah bulat, kuat dan sedikit keras seperti buah apel, tumbuh baik di dataran tinggi, dan (3)tomat kentang (Lycopersicum grandifolium) buah bulat, padat, lebih besar dari tomat apel, daun lebar agak rimbun.
Tomat tumbuh di dataran rendah dan dataran tinggi. Waktu tanam yang baik 2 bulan sebelum musim hujan berakhir dan awal musim kemarau. Tomat menghendaki tanah gembur, kaya humus dan subur serta drainase baik dan tidak menggenang. pH 5-7. Curah hujan optimal 100-220 mm/bulan. Temperatur
optimum adalah 24ºC (siang hari) dan 15º C - 20º C (malam hari).
a.       Benih
Perbanyakan benih tomat secara generatif (biji). Kebutuhan benih tergantung pada varietas dan jarak tanam dengan. Benih disiapkan dengan cara: pilih buah tomat yang sehat dan matang penuh, lalu diperam 3 hari sampai berwarna merah gelap dan lunak. Keluarkan biji bersama lendirnya; fermentasi biji 3 hari sampai lendir dan airnya terpisah dari biji; dicuci dan dijemur selama 3
hari atau kadar airnya 6%.
b.      Pesemaian
Benih disemai pada persemaian (bedengan/kantong plastik/ polybag). Benih disebar merata pada bedengan/tempat penyemaian dengan media tanah dan pupuk organik 1: 1, lalu ditutup dengan daun pisang selama 2-3 hari. Bedengan persemaian diberi naungan/atap dari screen/kassa plastik transparan. Kemudian persemaian ditutup dengan screen untuk menghindari OPT. Setelah berumur 7-8 hari, bibit dipindahkan kedalam bumbunan daun pisang/pot  plastik dengan media yang sama (tanah dan pupuk organik steril). Penyiraman dilakukan setiap hari. Bibit siap ditanam dilapangan setelah berumru 3-4 minggu atau sudah memiliki 4-
5 helai daun.
c.       Pengolahan tanah dan penanaman
Olah tanah dan buat bedengan arah timur-barat dengan ukuran lebar 100-120 cm, panjang sesuai petakan  maksimum 15 m untuk memudahkan dalam pemeliharaan tanaman, tinggi 30-40 cm dan jarak antara bedengan 20-30 cm. Gunakan pupuk organik sebanyak 0,5-1 kg untuk setiap lubang. Diamkan lahan   selama 1 minggu. Jarak tanam 50x70 cm atau 70x80 cm tergantung varietas. Penanaman dilakukan sore hari, setelah itu diberi penutup dari daun-daunan/pelepah pisang, lalu dibuka penutup setelah   4-5 hari. Tiap bedengan
berisi 2 baris tanaman.
d.      Pemeliharaan
Pupuk yang diberikan yaitu pupuk Urea, KCl, dan ZA. Pupuk diberikan di sekeliling tanaman dengan jarak 5 cm dari tanaman, setelah pemupukan ditutup dengan tanah setebal1-2 cm.
Tanaman tomat disiram setiap hari, pada saat berbunga siram 2 hari sekali hingga berbuah. Penyiangan dilakukan setelah pemupukan atau tergantung pada pertumbuhan gulma. 3-4 minggu setelah tanam diberi ajir/lanjaran untuk menopang tanaman. Lakukan pemangkasan setelah umur 4-6 minggu. Tomat yang telah mempunyai lima dompolan buah harus dipotong pucuk batang dan tunas-
tunasnya. Tinggalkan 2-3 tunas yang berada di samping/sebelah bawah dompolan.
e.       Hama dan penyakit utama
Hama yang sering menyerang tanaman tomat yaitu:  Heliothis armigera (buah menjadi busuk dan rontok, juga menyerang pucuk cabang); Agrotis epsilon  (daun tinggal rangkanya);  Thrips spp (daun bergaris kecil berwarna perak dan layu); dan Nematoda (Meloidogyna sp.) menyerang akar tanaman sehingga berbinti-bintil.
Penyakit yang sering menyerang tanaman tomat antara lain:(1) Phytoptora infestans (bercak daun pada ujung dan pinggir daun sebelah bawah yang meluas keseluruh daun), (2) Fusarium oxysporum (tulang daun menguning dan tangkai merunduk, tanaman kerdil, buah terbentuk tetapi kecil-kecil); (3) Pseudomonas solanacearum (kelayuan dimulai dari bagian pucuk dan merambat keseluruh bagian tanaman, batang menjadi lembek). Kalau terpaksa menggunakan pestisida, gunakan jenis pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara
aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.
f.       Panen dan pasca panen
Panen dan petik buah pertama setelah umur 2-3 bulan. Panen dapat dilakukan antara 10-15 kali pemetikan buah dengan interval waktu 2-3 hari sekali.
Buah yang siap dipanen adalah yang sudah matang 30%.
2.      Teknik Budidaya Tanaman Kubis
Kubis (Brassica oleracea L.) merupakan tanaman semusim atau dua musim. Bentuk daunnya bulat telur sampai lonjong dan lebar seperti kipas. Sistem perakaran kubis agak dangkal, akar tunggangnya segera bercabang dan memiliki banyak akar serabut.
Kubis mengandung protein, Vitamin A, Vitamin C, Vitamin B1, Vitamin B2 dan Niacin. Kandungan protein pada kubis putih lebih rendah dibandingkan kubis bunga, namun kandungan Vitamin A-nya lebih tinggi. Kubis dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Pada dataran rendah kubis merupakan salah satu tanaman sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan, karena peluang pasar yang terbuka lebar. Pertumbuhan optimum didapatkan pada tanah yang banyak mengandung humus, gembur, porus, pH  tanah antara 6-7. Kubis dapat ditanam sepanjang tahun dengan pemeliharaan lebih intensif.

a.       Persemaian
Benih disebar merata pada bedengan/tempat  penyemaian dengan media tanah    dan pupuk organik  1:  1,lalu ditutup dengan daun pisang selama 2-3 hari. Bedengan persemaian diberi naungan/atap dari screen/kassa plastik  transparan.  Kemudian persemaian ditutup dengan screen untuk menghindari OPT. Setelah berumur 7-8 hari, bibit dipindahkan kedalam bumbunan daun pisang/pot plastik dengan media yang sama (tanah dan pupuk organik steril). Penyiraman dilakukan   setiap hari. Bibit siap ditanam dilapangan setelah berumur 3-4 minggu atau sudah
memiliki 4-5 helai daun.
b.      Pengolahan lahan
Dipilih lahan yang bukan bekas tanaman kubis-kubisan. Sisa tanaman dikumpulkan lalu dikubur, kemudia tanah dicangkul sampai gembur. Dibuat lubang tanam dengan jarak 70 cm (antar barisan)  x  50   cm (dalam  barisan) atau 60 x 40 cm. Bila pH tanah kurang dari 5,5 lakukan pengapuran  menggunakan        kalsit atau dolomit, dan diaplikasikan 3-4  minggu sebelum tanam atau bersamaan
dengan pengolahan tanah kedua.
c.       Pemupukan
Pupuk yang digunakan berupa pupuk anorganik Urea, ZA, SP-36 dan KCl,
pupuk organik berupa pupuk kandang juga digunakan sebagai pupuk dasar.
d.      Pemeliharaan tanaman
Penyiraman dilakukan tiap hari sampai kubis tumbuh normal, kemudian diulang sesuai kebutuhan. Bila ada tanaman yang mati, segera disulam, dan penyulaman dihentikan setelah tanaman berumur 10-15 hari setelah tanam.  Penyiangan dan pendangiran dilakukan bersamaan dengan pemupukan pertama dan ke dua.
e.       Pengendaian organisme pengangu tumbuhan (OPT)
OPT penting yang menyerang tanaman kubis antara lain ulat daun kubis, ulat krop kubis, bengkak akar, busuk hitam, busuk lunak, bercak  daun dan penyakit embun tepung. Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada OPT yang menyerang. Beberapa cara yang dapat  dilakukan  antara lain adalah: bila terdapat serangan bengkak akar pada tanaman muda, tanaman dicabut dan dimusnahkan. Kalau terpaksa menggunakan pestisida, gunakan jenis pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, 
dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.
f.       Panen dan pasca panen
Kubis dapat dipanen setelah kropnya besar, penuh dan padat. Bila pemungutan terlambat, krop akan pecah dan kadang-kadang busuk. Pemungutan dilakukan  dengan memotong krop berikut sebagian batang dengan disertakan 4-5 lembar daun luar, agar krop tidak mudah rusak. Produksi kubis dapat mencapai
15-40 t/ha.
3.      Teknik Budidaya Cabe
Salah satu langkah terpenting dalam perbaikan teknik budidaya cabe adalah pemilihan varietas cabe yang akan dibudidayakan. Secara umum cabe memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori, Protein, Lemak, Karbohidrat, Kalsium, Vitamin  A, B1 dan Vitamin C.
Pada umumnya cabe dapat ditanam pada dataran rendah sampai ketinggian 2000 meter dpl. Cabe dapat beradaptasi dengan baik pada temperatur 24-27°C dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi. Tanaman cabe dapat ditanam pada tanah sawah maupun tegalan yang   gembur, subur, tidak terlalu liat dan cukup air.
Tanaman cabe menghendaki pengairan yang cukup. Tetapi apabila jumlah air berlebihan dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi dan merangsang tumbuhnya penyakit  jamur dan bakteri. Jika kekurangan air tanaman cabe dapat kurus, kerdil, layu dan mati. Pengairan dapat menggunakan irigasi, air tanah dan
air hujan.
a.       Pengolahan tanah
Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki  struktur dan porositas tanah sehingga peredaran air dan udara menjadi optimal. Pengolahan tanah dilakukan secara sempurna yaitu pembajakan dua kali dan penyisiran satu kali. Setelah pengolahan tanah (7-14) hari, dibuat bedengan dengan tujuan memudahkan pembuangan air hujan yang berlebihan, mempermudah pemeliharaan, mempermudah meresapnya air hujan atau air pengairan, serta menghindari tanah terinjak-injak sehingga menjadi padat.
Ukuran bedengan yang baik yaitu lebar 110-120 cm, dengan tinggi 20-30 cm, panjang disesuaikan dengan keadaan lahan, serta jarak antara bedengan 40-50 cm. Pada saat 70% bedengan kasar terbentuk dipupuk dengan pupuk kandang atau kotoran ayam yang telah matang. Pada tanah yang pH-nya asam juga diberikan
pengapuran.
b.      Penyiapan benih dan persemaian
Untuk lahan seluas 1 ha diperlukan benih 180 gram. Ada 2 cara untuk membibitkan cabai yaitu disemai dibedengan atau disemai langsung di polybag (kantong plastik). Jika benih disemai di bedengan terlebih dahulu disiapkan bedeng persemaian, kemudian benih disebar dengan cara berbaris, jarak antara barisan 5 cm dan diberi naungan dari daun kelapa atau daun pisang. Benih juga
dapat disemai langsung dalam polybag kecil.  
c.       Pemasangan mulsa plastik
Sebelum dilakukan pemasangan mulsa plastik terlebih dahulu dilakukan pemupukan. Mulsa Plastik yang digunakan  adalah berwarna Hitam Perak (MPHP). Pemasangan sebaiknya dilakukan pada saat  terik matahari antara pukul 14.00-16.00 agar plastik tersebut memanjang (memuai) sehingga dapat menutup tanah serapat mungkin. Bedengan yang telah ditutup MPHP dibiarkan selama ± 5
hari kemudian dilakukan penanaman.
d.      Penanaman
Waktu penanaman yang paling baik adalah pagi atau sore hari. Umur cabe yang sudah dapat ditanam adalah umur 17.- 23 hari atau tanaman cabe mempunyai daun 2-4 helai. Sehari sebelum tanam bedengan yang telah ditutup mulsa plastik harus dibuatkan lubang tanam. Jarak tanam cabe yaitu 50-60 x 60-70 cm. Bibit cabe yang siap dipindahkan segera disiram secukupnya dan sebaiknya juga direndam dalam larutan fungisida sistemik atau bakterisida dengan dosis 0,5-1,0 g/l air selama 15-30 menit untuk mencegah penularan hama dan
penyakit.
e.       Pemupukan
Pupuk dasar diberikan 2-3 hari sebelum tanam, yaitu pupuk SP-36. Pupuk susulan pertama diberikan pada umur 10 hari setelah tanam dengan pupuk Urea, ZA dan KCI. Pemupukan susulan kedua dan ketiga masing-masing pada 40 dan 70 hari setelah tanam. Waktu pemupukan disesuaikan dengan ketersediaan air dimana keadaan air tanah dalam keadaan cukup. Pupuk diberikan dengan cara
ditugal sedalam 5-15 cm dan ditutup kembali dengan tanah.
f.       Pengairan
Pengairan dilakukan setiap 7 – 10 hari atau tergantung kondisi lahan. Pada waktu pelepasan air dari petak penanaman harus dilakukan dengan pelan agar
tidak terjadi pencucian pupuk dari bedeng tanaman.
g.      Pengendalian hama dan penyakit
Ulat grayak, pengendalian terpadu yang dilakukan adalah kultur teknis, hayati dan kimiawi. Cara kultur teknis dengan menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama. Cara hayati dengan menyemprotkan cairan berbahan aktif Bacilus thuringiensis seperi Dipel, Florbac, Bactospine dan Thuricide. Cara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida Hostathion 40 EC (2 cc/L) atau Orthene 75 SP I g/L.
Kutu daun, pengendalian secara terpadu dilakukan dengan cara kultur teknis yaitu menanam tanaman perangkap (trap crop) disekeliling kebun cabe misalnya  jagung. Cara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida yang efektif dan selektif seperti Deltamethrin 25 EC (0,1 - 0,2   cc/L), Decis 2,5 EC (0,04%)  atau Orthene 75 SP (0,1%.)
Lalat buah, pengendalian hama ini dilakukan secara terpadu dengan cara pergiliran tanaman yang bukan tanaman inang, mengumpulkan buah cabe yang terserang lalu dimusnahkan; pemasangan perangkap beracun metil eugenol serta disemprot dengan insektisida Buldok, Lannate ataupun Tamaron.
Layu bakteri, penyebaran penyakit dapat melalui benih, bibit, bahan tanaman yang sakit dan residu tanaman. Pengendalian terpadu dilakukan dengan perlakuan benih dengan cara direndam dalam bakterisida Agrimycin 0,5 g/L selama 5 - 15 menit.
Layu fusarium, penyakit disebabkan organisme cendawan yang bersifat tular tanah. Gejala serangan adalah terjadinya pemucatan warna tulang-tulang daun dan diikuti dengan merunduknya tangkai-tangkai daun. Pengendalian dilakukan dengan perlakuan benih direndam dalam larutan  fungisida  Benlate
atau Derosal 0,5 -  1,0 g/L selama 5 -  15 menit.
h.      Panen dan pasca panen
Pada umumnya tanaman cabe mulai dipanen pada umur 75 - 80 hari setelah tanam, panen berikutnya dilakukan selang waktu 2 - 3 hari sekali. Sedangkan di dataran tinggi panen perdana dimulai pada umur 90 - 100 hari setelah tanam. Selanjutnya pemetikan buah dilakukan selang waktu 6-10 hari sekali. Panen cabe dipilih pada tingkat kemasakan 85-90% saat warna buah merah kehitaman.













BAB IV
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Setelah melakukan kunjungan lapangan selama dua hari di dua tempat, yaitu di UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sul-Sel dan kebun sayur Enrekang, kami bisa menarik kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1.        Pada Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sul-Sel, terdiri dari tiga laboratorium dan memiliki kebun percontohan dimana setiap laboratorium memiliki tugas masing-masing sedangkan untuk kebun percontohan digunakan sebagai tempat mengaplikasikan
2.        Tanaman sayuran Enrekang yang kami kunjungi yaitu tanaman tomat, cabe dan kol. Dalam pembudidayaan tanaman diperlukan teknik budidaya yang
baik dan benar untuk menghasilkan hasil yang lebih baik.
B.       Saran
Setelah melakukan kunjungan lapangan selama dua hari di dua tempat, yaitu yaitu di UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sul-Sel dan kebun sayur Enrekang, pesan dan kesan yang kami peroleh yaitu:
1.      Untuk UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sul-Sel diharapkan terus mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki agar bisa menciptakan hal-hal baru yang bisa bermanfaat bagi para petani serta diharapkan bisa lebih meningkatkan sosialisasi pada tingkat petani-petani agar para petani bisa lebih banyak mengetahui dan bisa menerapkan apa-apa yang diberikan
2.        Untuk kebun sayur Enrekang
Saran yang bisa diberikan pada tanaman sayuran Enrekang, sebaiknya para petani menerapkan konsep pertanian organik.

DAFTAR PUSTAKA
Fahmi Yahizza. Makalah Dasar Budidaya Tanaman. http:// fahmiyahizza. blogspot. com/2012/05/makalah-dasar-budidaya-tanaman.html.diakses 30 November 2014

Fitriani.2009.Budidaya Tanaman  Kubis Bunga. http:// eprints. uns.ac.id /8620/1 /91520308200909571.pdf.diakses 29 November 2014


Lucky Mirsadiq.2013.Teknik Budidaya Tanaman Hortikultura. http://mirsadiq. files. wordpress.com/2013/12/ download –laporan –tbt –hortikultura-universitas-sebelas-maret-surakarta1.pdf. diakses 30 November 2014

Syafri Edi.2010.Budidaya Tanaman Sayuran. http://jambi.litbang. pertanian.go.id/ ind/images/PDF/bookletsayuran10.pdf. diakse 30 November 2014














LAMPIRAN
Gambar 1. Biji mindi (bahan nabati)

Gambar 2. Pinang (bahan nabati)

Gambar 3. Pupuk organik cair (POC)

Gambar 4. Koleksi basah (OPT)

Gambar 5. Koleksi kering (OPT)

Gambar 6. Kebun kubis
Gambar 7. Kebun cabe

Gambar 8. Kebun tomat

Gambar 9. Kebun percontohan