LAPORAN KUNJUNGAN LAPANGAN (FIELD TRIP)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Field Trip adalah sebuah
perjalanan lapangan, yang dikenal sebagai praktek lapangan. Pengertian lainnya field trip adalah perjalanan oleh
sekelompok orang ke tempat yang jauh dari lingkungan yang normal mereka. Tujuan
perjalanan biasanya pengamatan untuk penelitian pendidikan, non-eksperimental
atau untuk menyediakan siswa dengan pengalaman luar kegiatan sehari-hari.
Field trip yang dilakukan
adalah untuk mengetahui pembagian-pembagian laboratorium dan bagaimana tugasnya
dalam UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikiltura Sulawesi Selatan, dan
untuk mengetahui bagaimana teknik budidaya tanaman sayuran yaitu tomat, kol dan
cabe. Kegiatan field trip ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu di Maros dan
Enrekang, Provinsi Sulawesi Selatan.
Adanya kunjungan ini, diharapkan para mahasiswa dapat
menambah wawasannya dalam mempelajari seluk beluk dalam bidang pertanian,
sehingga dapat menggugah motivasi mahasiswa dalam mempelajari berbagai bidang
ilmu yang diterima dari luar kampus.
Dasar-dasar budidaya tanaman merupakan suatu ilmu yang
mempelajari tentang pertumbuhan tanaman dari sifat genetik, faktor iklim, tanah
dengan pertumbuhan tanaman, pupuk, dan sifat-sifatnya, pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, peranan benih dan zat tumbuh, pemasakkan tanaman dalam
kaitannya dengan umur panen, pengelolaan lingkungan tanaman, pola tanam serta
pengendalian hama, penyakit dan gulma.
Budidaya merupakan kegiatan terencana
pemeliharaan sumber daya hayati yang dilakukan pada suatu areal lahan untuk
diambil manfaat/hasil panennya. Kegiatan budidaya dapat dianggap sebagai inti
dari usaha tani.
Sistem budidaya tanaman adalah sistem pengembangan dan
pemanfaatan sumberdaya alam nabati melalui upaya manusia yang dengan modal,
teknologi, dan sumberdaya lainnya menghasilkan barang guna memenuhi kebutuhan
manusia secara lebih baik.
Kegiatan budidaya termasuk dalam bagian hulu agribisnis.
Apabila produk budidaya (hasil panen) dimanfaatkan oleh pengelola sendiri,
kegiatan ini disebut pertanian subsistem, dan merupakan kegiatan agribisnis
paling primitif. Pemanfaatan sendiri dapat berarti juga menjual atau menukar
untuk memenuhi keperluan sehari-hari.
Agribisnis tidak hanya mencakup kepada industri makanan
saja. Seiring perkembangan teknologi, pemanfaatan produk pertanian berkaitan
erat dengan farmasi, teknologi bahan, dan penyediaan energi. Cakupan obyek pertanian yang
dianut di Indonesia meliputi budidaya
tanaman (termasuk
tanaman
pangan,
B.
Rumusan
Masalah
Setelah melaksanakan field trip, kami dapat menyimpulkan beberapa rumusan masalah yaitu
sebagai berikut:
1.
Apa sajakah laboratorium yang ada di UPTD Balai
Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sul-Sel serta apa tugas dan fungsinya
masing-masing?
2.
Bagaiman teknik budidaya tanaman tomat?
3.
Bagaiman teknik budidaya tanaman kubis ?
4.
Bagaimana teknik budidaya tanaman cabe?
C.
Tujuan
Tujuan kegiatan field trip
yang telah kami lakukan selama dua hari di Maros dan di Enrekang adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk mengetahui laboratorium yang ada
di UPTD Balai
Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sul-Sel serta tugas dan fungsinya
masing-masing.
2.
Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman
tomat.
3.
Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman
kubis.
4.
Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman
cabe.
D.
Manfaat
Manfaat dari field trip ini adalah kami para
mahasiswa dapat mengetahui dengan rinci dasar-dasar dalam budidaya tanaman,
baik itu dalam proses budidaya maupun pemeliharaan tanaman sehingga bisa
diketahui bagaimana cara budidaya yang baik.
BAB II
METODOLOGI
A.
Waktu
dan Tempat
Kegiatan field
trip yang penulis lakukan berlangsung selama dua hari yaitu dengan waktu
dan tempat sebagai berikut:
1.
Kegiatan/kunjungan pertama:
Hari/tanggal :
Rabu,12 November 2014
Tempat :
UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan hortikultura
2.
Kegiatan kunjungan kedua:
Hari/tanggal :
Kamis, 13 November 2014
Tempat : Kebun sayur Enrekang
B.
Alat
dan Bahan
Alat dan bahan yang penulis gunakan selama melaksanakan kunjungan
lapangan (field trip), yaitu sebagai berikut:
1.
Bus sebagai alat transportasi
2.
Ruangan untuk menerima materi
3.
Alat tulis menulis
4.
Kamera sebagai alat dokumentasi
5.
Baju praktek
C.
Prosedur
Kerja
Kunjungan lapangan (filed trip) mata kuliah dasar-dasar budidaya tanaman berlangsung
selama dua hari dengan terlebih dahulu mengunjungi UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan hortikultura
Sul-Sel di Maros, dilanjutkan dengan kunjungan ke kebun
sayuran di Enrekang.
Ada beberapa cara kerja (metode) yang
dilakukan dalam kunjungan ini,
antara lain:
a.
UPTD Balai
Proteksi Tanaman Pangan dan hortikultura Sul-Sel (Maros)
Di UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan hortikultura Sul-Sel (Maros) kunjungan lapang dilakukan dengan
penerimaan materi di masing-masing laboratorium antara lain laboratorium agensi
hayati, laboratorium pestisida,
laboratorium diagnosis OPT dan yang
terakhir adalah lahan percobaan.
b.
Kebun Sayuran
Enrekang
Di Enrekang, kunjungan
lapang dilakukan dengan mengunjungi kebun sayuran yaitu tomat, cabe dan kol dan
menerima materi langsung dari narasumber tentang teknik budidaya sayuran
tersebut.
BAB III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura
Sul-Sel
Balai Proteksi Tanaman Pangan
dan Hortikultura Sul-Sel terdiri dari empat jenis bagian, tiga diantaranya
merupakan laboratorium, yaitu laboratotium agensi hayati, laboratorium
organisme pengganggu tanaman (OPT) dan laboratorium pestisida. Sedangkan satu
bagian yang lain yaitu kebun percobaan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura Sul-Sel. Untuk lebih jelasnya pembagian Balai Proteksi Tanaman
Pangan dan Hortikultura Sul-Sel, yaitu
sebagai berikut.
1.
Laboratorium Agensi Hayati
Agensi hayati adalah
teknologi pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) ramah lingkungan
tanpa menggunakan bahan kimia. Laboratorium agensi hayati bertugas untuk meramu
dan menciptakan pestisida-
pestisida nabati untuk
mengendalikan organisme pengganggu tanaman (OPT).
a.
Pembuatan
Pestisida Nabati
1)
Bahan dan alat:
a)
Bahan nabati/
tanaman
b)
Air bersih
c)
Alkohol 70%
d)
Lumping/ blender
e)
Talang/ blender
2)
Cara pembuatan
ekstrak nabati:
a)
Bahan tumbuhan
dicuci lalu ditumbuk/ dihaluskan
b)
Campur air
dengan perbandingan 100 gr bahan tumbuhan dari daun dalam 1 (satu) liter air
atau 50 gr bagian tumbuhan dari biji-biji.
c)
Tambahkan 5-10
ml alcohol 70% (sebagai pelarut), jika tidak ada alcohol rebuslah ekstrak
tersebut sampai mendidih.
d)
Biarkan ekstrak
tersebut selama 30-120 menit, lakukan penyaringan
e)
Larutan siap
pakai
b.
Pupuk Organik
Cair (POC)
Pupuk organic cair
(POC) dibuat dari bahan baku organik yang diformulasikan dalam bentuk cair yang
mengandung hara sesuai kebutuhan tanaman ini diharapkan dapat merangsang
pertumbuhan tunas baru, menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman,
meningkatkan produksi dan menjaga kestabilan produksi, memperbaiki klorofil
pada daun, merangsang pertumbuhan bunga dan buah, memperbaiki daya tahan pada
tanamna. Adapun cara pembuatan POC yaitu sebagai berikut:
1)
Bahan dan alat:
Daun hijauan, kulit buah coklat/kemiri/kopi, pucuk
labu/rebung. Kulit telur, air beras, air kelapa, buah-buahan (pisang, nenas,
papaya,apel dll), gula pasir, bioaktifator, ember dan karung.
2)
Cara pembuatan:
a)
Semua bahan
dicincang sekecil mungkin dan bahan berair dimasukkan langsung ke ember
b)
Bahan dimasukkan
ke dalam karung sebanyak ½ ember
c)
Lalu isi dengan
air sampai ¾ ember
d)
Masukkan gula
secukupnya dan bioaktifator kedalam ember, lalu ditutup
e)
Aduk setiap
hari, selama 2 minggu
f)
Bila sudah
tercium bau tape dan banyak putih-putih yang terapung maka pertanda kalau pupuk
cair sudah jadi
g)
Masukkan ke
dalam botol, tutup rapat.
c.
Bahan Nabati dan
Fungsinya
1)
Bawang putih. OPT
sasaran: ulat, hama pengisap, nematoda, bakteri, embun tepung
2)
Sereh. OPT
sasaran: ulat kubis, hama gudang
3)
Biji mindi. OPT
sasaran: kutu daun, belalang, nematode, bercak daun, ulat grayak, wereng hijau,
wereng cokelat dan hama gudang
4)
Sirih. OPT
sasaran: walang sangit
5)
Mahoni. OPT
sasaran: golongan serangga
6)
Daun sirsak. OPT
sasaran: kutu daun, wereng, ulat daun, belalang dan lalat
7)
Nimba. OPT sasaran:
ulat buah, kutu, ulat daun kubis, penggorok daun, rebah kecambah, ulat grayak,
nematode.
8)
Trichokompos. Mengandung
bahan aktif trichoderma sp. Trichokompos
mempunyai bahan alami yang dibuat dari sumber hati tanah dan bertindak sebagai
mikroba antagonis terhadap penyakit tanaman, dapat menahan masuknya pathogen
penyakit melalui akar, serta mengeluarkan anti biotik
yang dapat
mematikan pathogen dan rama lingkungan.
d.
Alur Kerja
Pengembangan Agensi Hayati
Alur kerja pengembangan
agensi hayati dapat dilihat pada gambar 3.1
![]() |
Gambar
3.1 Alur kerja pengembangan agensi hayati
2.
Laboratorium Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Organisme pengganggu tanaman
(OPT) adalah organism yang tidak diinginkan keberadaannya dalam pertanaman. Laboratorium organism
pengganggu tanaman bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis organisme pengganggu
tanaman dan cara pengendaliannya.
a.
Tugas dan Fungsi
Laboratorium organisme pengganggu tanaman (OPT) memiliki tugas pokok dan fungsi, yaitu sebagai berikut:
1)
Tugas Pokok
Melaksanakan
sebagian tugas teknis UPTD BPTPH Provinsi Sulaweai Selatan
2)
Fungsi
a)
Mengidentifikasi/
diagnosis OPT tanaman pangan dan hortikultura
b)
Melakukan
pengambilan sampel OPT (populasi/serangan) untuk pembuatan koleksi
c)
Melakukan kajian
teknologi pengendalian OPT tanaman pangan dan hortikultura
d)
Menyusun
rekomendasi pengendalian OPT hasil identifikasi di lapangan dan laboratorium
e)
Menyusun pest
list OPT pangan dan hortikultura
f)
Melakuakan
pembinaan klinik PHT di tingkat kelompok tani
g)
Melayani
konsultasi penanganan OPT pangan dan hortikultura
b.
Pemeriksaan
Tanaman Sakit
Tahapan yang perlu
dilakukan dalam pemeriksaan tanaman yang sakit yaitu sebagai berikut:
1)
Melihat gejala:
bagaimana bentuk gejala yang sedang di hadapi baik gejala dalam maupun
gejala-gejala luarnya. Gejala luar dapat dilihat dengan mata biasa sedang
gejala dalam sering pula hanya dilihat secara mikroskopik, kebanyakan penyakit
menunjukkan gejala khas pada tanaman tertentu
2)
Melihat
tanda-tanda penyebab penyakitnya untuk lebih memperkuat apa yang didapatkan
dari pemeriksaan gejala, dengan cara melembabkan bagian tanaman yang sakit agar
merangsang keluarnya bagian-bagian patogen pada jaringan.
3)
Melakukan
Postulat Koch
Bila perlakuan diatas
belum ada hasil maka diidentifikasi lebih lanjut dengan cara:
1)
Penyebab
penyakit harus selalu terdapat pada bagian tanaman yang menunjukkan gejala
sakit
2)
Penyebab
penyakit dapat diisolasi dan dipelajari sifat-sifatnya dalam biakan murni
3)
Biakan murni
tersebut harus dapat ditularkan pada tanaman pada tanaman bagian yang sama
(satu biotip) dan menimbulkan gejala yang sama pula.
4)
Penyebab
penyakit tersebut harus dapat diisolasi kembali dari tanaman yang ditulari tadi
dan biakan murni diperoleh hasil yang meyakinkan, maka perlu dicari cara-cara
lain atau diadakan penelitian yang lebih
mendalam untuk menentukan jenis penyakit dan
penyebabnya.
c.
Pembuatan
Koleksi Kering Untuk Serangga
1)
Alat dan bahan
a)
Jaring
b)
Kantong
plastik/botol
c)
Kapas
d)
Kloroform
e)
Jarum suntik
f)
Kuas
g)
Amplop
h)
Formalin 5%
i)
Kertas Koran
j)
Jarum pentul
k)
Karet busa
l)
Kotak koleksi
m)
Label
n)
Alat tulis
2)
cara kerja
a)
Tangkaplah
serangga dengan menggunakan jarring serangga
b)
Hati-hati
terhadap serangga yang berbahaya
c)
Matikan serangga
dengan jalan memasukkannya kedalam kantong plastik yang telah diberi kapas yang
dibasahi
d)
Serangga yang
sudah mati dimasukkan kedalam kantong atau stoples tersendiri. Kupu-kupu dan
capung dimasukkan kedalam amplop dengan hati-hati agar sayapnya tidak patah
e)
Suntiklah badan
bagian belakang serangga dengan formalin 5%. Sapulah (dengan kuas) bagian tubuh
luar dengan formalin 5%
f)
Sebelum
mongering, tusuk bagian dada serangga dengan jarum pentul
g)
Pengeringan
cukup dilakukan di dalam ruangan pada suhu kamar. Tancapkan jarum pentul pada
plastic atau karet busa
h)
Untuk belalang,
rentangkan salah satu sayap kea rah luar. Untuk kupu-kupu, sayapnya
direntangkan pada papan perentang atau kertas tebal sehingga tampak indah,
begitu juga capung. Kertas atau kayu)
i)
Beri label
j)
Setelah kering,
serangga dimasukksn kedalam kotak insektarium (dari
d.
Pembuatan Koleksi
Kering ( Herbarium)
1)
Alat dan bahan
a)
Karton/duplek
b)
Kertas Koran
c)
Sasak dari
bambu/tripleks
d)
Sampel tanaman
e)
Alat tulis
2)
Cara kerja
a)
Ambil salah satu
tanaman/ bagian dari tanaman yang akan dikoleksi
b)
Semprotlah
dengan alcohol 70% untuk mencegah pembusukan oleh bakteri dan jamur
c)
Atur posisi
tanaman pada lembaran koran hingga rata, lapisi lagi dengan beberapa lembar
koran, tangkup dengan alat herbariumi/tripleks pada kedua sisinya lalu kuatkan
baut atau ikat dengan kencang sehingga tanaman ter-pres dengan kuat, ganti
koran dengan dengan yang kering setiap kali koran pembungkus tanaman basah
d)
Tanaman
dikatakan kering jika sudah cukup kaku dan tidak terasa dingin.
e)
Tanaman yang
akan dibuat herbarium, sebaiknya memiliki bagian-bagian yang lengkap. Jika
bunganya mudah gugur maka masukkan bunga tersebut dalam amplop dan selipkan
pada herbarium, daun atau bagian tanaman yang terlalu panjang bisa dilipat.
f)
Di udara lembab,
specimen dijemur dibawah terik matahari atau didekat api
g)
Tempelkan
tanaman yang telah dikeringkan pada karton dengan menggunakan jahitan
tak/selotip
h)
Lengkapi
keterangan yang terdapat pada collector book
e.
Pembuatan
Koleksi Basah
1)
Alat dan bahan
a)
Alkohol 70% 250
ml
b)
Formalin 95% 50
ml
c)
Aquades 2000 ml
d)
Terusi
secukupnya
e)
Bahan koleksi
f)
Botol koleksi
g)
Baskom
h)
Gelas ukur
2)
Cara kerja
a)
Ambilah salah
satu bagian tanaman yang terserang OPT
b)
Bersihkan dari segala kotoran
c)
Buatlah larutan
(bahan 1-3) sesuai dengan takaran, lalu masukkan terusi secukupnya sesuai warna
yang dikehendaki, aduk sampai rata
d)
Masukkan larutan
dalam botol
e)
Masukkan bahan
koleksi sesuai gejala serangan yang ada
f)
Tutup botol
dengan rapat
g)
Lakukan
pelabelan (nama OPT, komoditi, lokasi sampel, waktu
pengambilan
sampel, kolektor)
f.
Identifikasi
Tungro Dengan Yodium Tintur
1)
alat
a)
Kompor listrik
b)
Gelas piala
c)
Alat pengaduk
d)
Cawan petri
e)
Gunting
2)
Bahan
a)
Yodium teture
b)
Alkohol 70% atau
96 %
c)
Aquadest
d)
Gejala serangan
3)
Cara kerja
a)
Daun tanaman
sakit dipotong sepanjang 10-15 cm
b)
Rebus daun
tanaman dalam alkohol selama 30 menit atau merendam daun dalam alkohol selama
24 jam( daun warna putih) karena klorofilnya telah keluar.
c)
Angkat daun
tersebu lalu rendam dalam larutan yodium selama 10 menit
d)
Cuci dengan
alkohol untuk menghilangkan sisa larutan yodium pada
Daun
3.
Laboratorium Pestisida
Laboratorium formulasi
pestisida bertugas dalam pemeriksaan mutu dan sifat fisik.
a.
Bagan Alur
Analisis Residu Pestisida
Bagan alur analisis residu
pestisida dapat dilihat pada gambar 3.2:
![]() |
Gambar 3.2 Bagan alur analisis residu pestisida
b.
Alat Alat yang
Digunakan Dalam Ruang Formulasi Pestisida
1)
Exhause Fan
a)
Cara menggunakan
(1)
“ON” kan exhause
fan
(2)
Gunakan sesuai
kebutuhan
(3)
“OFF”kan exhause
fan setelah digunakan
b)
Cara
pemeliharaan alat: bersihkan kipas secara berkala
2)
Mag Mixer M41
a)
Cara menggunakan
(1)
Hubungkan arpus
listrik
(2)
Naikkan contoh
yang akan dilarutkan keatas mag mixer
(3)
Atur kecepatan
yang diinginkan
(4)
Turunkan
kecepatan dengan perlahan-lahan sampai posisi nol, setelah selesai digunakan
(5)
Turunkan contoh
dari mag mixer
(6)
Lepaskan arus
listrik
b)
Cara
pemeliharaan alat: gunakan alat sesuai fungsinya dan instruksi kerjanya
3)
Piknometer
a)
Cara
menggunakan:
(1)
Cuci piknometer
dengan aquadest
(2)
Bilas dengan
pelarut aceton
(3)
Keringkan dengan
hair dryer
(4)
Timbang piknimeter
kosong (a)
(5)
Timbang
piknometer berisi air (b)
(6)
Timbang
piknometer berisi sampel (c)
(7)
Cuci piknometer
dengan aceton
(8)
Keringkan dengan
hair dryer.
b)
Cara
pemeliharaan alat:
(1)
Pastikan
piknometer dalam keadaan baik (tidak retak)
(2)
Bersihkan
piknometer
(3)
Sebelum dan
sesudah digunakan
(4)
Gunakan sesuai
instruksi kerja secara baik dan benar
4.
Kebun Percontohan
Kebun percontohan Balai
Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura menggunakan konsep pertanian
berkelanjutan atau organik karena tanaman tidak menggunakan pestisida kimia.
Kebun percontohan Balai Proteksi Tanaman
Pangan dan Hortikultura memakai sistem tumpang sari, dimana pada lahan ditanami
berbagai jenis tanaman dan diberi border atau tanaman perangkap disekeliling
lahan sehingga
hama hanya menyerang tanaman
perangkap.
B.
Tanaman Sayuran Enrekang
Budidaya tanaman sayuran yang
kami jumpai di Enrekang ada 3 jenis tanaman sayuran, yaitu tomat, kubis dan
cabe. Adapun teknik budidaya tanaman
sayuran tersebut,yaitu
sebagai berikut:
1.
Teknik Budidaya Tanaman Tomat
Tomat (Lycopersicon sp. Mill.) termasuk sayuran
buah dan banyak mengandung vitamin A, Vitamin C, dan sedikit vitamin B.
Beberapa jenis tomat yang biasa dibudidayakan oleh petani antara lain: (1) tomat biasa (Lycopersicum commune) buahnya bulat pipih, lunak, bentuknya tidak
teratur, (2)tomat Apel (Lycopersicum
pyriforme) buah bulat, kuat dan sedikit keras seperti buah apel, tumbuh
baik di dataran tinggi, dan (3)tomat kentang (Lycopersicum grandifolium) buah bulat, padat, lebih besar dari
tomat apel, daun lebar agak rimbun.
Tomat tumbuh di dataran
rendah dan dataran tinggi. Waktu tanam yang baik 2 bulan sebelum musim hujan
berakhir dan awal musim kemarau. Tomat menghendaki tanah gembur, kaya humus dan
subur serta drainase baik dan tidak menggenang. pH 5-7. Curah hujan optimal
100-220 mm/bulan. Temperatur
optimum adalah 24ºC
(siang hari) dan 15º C - 20º C (malam hari).
a.
Benih
Perbanyakan benih tomat
secara generatif (biji). Kebutuhan benih tergantung pada varietas dan jarak
tanam dengan. Benih disiapkan dengan cara: pilih buah tomat yang sehat dan
matang penuh, lalu diperam 3 hari sampai berwarna merah gelap dan lunak.
Keluarkan biji bersama lendirnya; fermentasi biji 3 hari sampai lendir dan
airnya terpisah dari biji; dicuci dan dijemur selama 3
hari atau kadar airnya
6%.
b.
Pesemaian
Benih disemai pada
persemaian (bedengan/kantong plastik/ polybag). Benih disebar merata pada
bedengan/tempat penyemaian dengan media tanah dan pupuk organik 1: 1, lalu
ditutup dengan daun pisang selama 2-3 hari. Bedengan persemaian diberi
naungan/atap dari screen/kassa plastik transparan. Kemudian persemaian ditutup
dengan screen untuk menghindari OPT. Setelah berumur 7-8 hari, bibit
dipindahkan kedalam bumbunan daun pisang/pot
plastik dengan media yang sama (tanah dan pupuk organik steril).
Penyiraman dilakukan setiap hari. Bibit siap ditanam dilapangan setelah berumru
3-4 minggu atau sudah memiliki 4-
5 helai daun.
c.
Pengolahan tanah
dan penanaman
Olah tanah dan buat
bedengan arah timur-barat dengan ukuran lebar 100-120 cm, panjang sesuai
petakan maksimum 15 m untuk memudahkan
dalam pemeliharaan tanaman, tinggi 30-40 cm dan jarak antara bedengan 20-30 cm.
Gunakan pupuk organik sebanyak 0,5-1 kg untuk setiap lubang. Diamkan lahan selama 1 minggu. Jarak tanam 50x70 cm atau
70x80 cm tergantung varietas. Penanaman dilakukan sore hari, setelah itu diberi
penutup dari daun-daunan/pelepah pisang, lalu dibuka penutup setelah 4-5 hari. Tiap bedengan
berisi 2 baris tanaman.
d.
Pemeliharaan
Pupuk yang diberikan
yaitu pupuk Urea, KCl, dan ZA. Pupuk diberikan di sekeliling tanaman dengan jarak
5 cm dari tanaman, setelah pemupukan ditutup dengan tanah setebal1-2 cm.
Tanaman tomat disiram
setiap hari, pada saat berbunga siram 2 hari sekali hingga berbuah. Penyiangan dilakukan
setelah pemupukan atau tergantung pada pertumbuhan gulma. 3-4 minggu setelah
tanam diberi ajir/lanjaran untuk menopang tanaman. Lakukan pemangkasan setelah
umur 4-6 minggu. Tomat yang telah mempunyai lima dompolan buah harus dipotong
pucuk batang dan tunas-
tunasnya. Tinggalkan
2-3 tunas yang berada di samping/sebelah bawah dompolan.
e.
Hama dan
penyakit utama
Hama yang sering
menyerang tanaman tomat yaitu: Heliothis armigera (buah menjadi busuk
dan rontok, juga menyerang pucuk cabang); Agrotis
epsilon (daun tinggal
rangkanya); Thrips spp (daun bergaris kecil berwarna perak dan layu); dan
Nematoda (Meloidogyna sp.) menyerang
akar tanaman sehingga berbinti-bintil.
Penyakit yang sering
menyerang tanaman tomat antara lain:(1) Phytoptora
infestans (bercak daun pada ujung dan pinggir daun sebelah bawah yang
meluas keseluruh daun), (2) Fusarium
oxysporum (tulang daun menguning dan tangkai merunduk, tanaman kerdil, buah
terbentuk tetapi kecil-kecil); (3) Pseudomonas
solanacearum (kelayuan dimulai dari bagian pucuk dan merambat keseluruh
bagian tanaman, batang menjadi lembek). Kalau terpaksa menggunakan pestisida,
gunakan jenis pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi,
pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida
tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume
semprot, cara
aplikasi, interval dan
waktu aplikasinya.
f.
Panen dan pasca
panen
Panen dan petik buah
pertama setelah umur 2-3 bulan. Panen dapat dilakukan antara 10-15 kali
pemetikan buah dengan interval waktu 2-3 hari sekali.
Buah yang siap dipanen
adalah yang sudah matang 30%.
2.
Teknik
Budidaya Tanaman Kubis
Kubis (Brassica oleracea L.) merupakan tanaman
semusim atau dua musim. Bentuk daunnya bulat telur sampai lonjong dan lebar
seperti kipas. Sistem perakaran kubis agak dangkal, akar tunggangnya segera
bercabang dan memiliki banyak akar serabut.
Kubis mengandung
protein, Vitamin A, Vitamin C, Vitamin B1, Vitamin B2 dan Niacin. Kandungan
protein pada kubis putih lebih rendah dibandingkan kubis bunga, namun kandungan
Vitamin A-nya lebih tinggi. Kubis dapat tumbuh pada dataran rendah sampai
dataran tinggi. Pada dataran rendah kubis merupakan salah satu tanaman sayuran
yang memiliki potensi untuk dikembangkan, karena peluang pasar yang terbuka
lebar. Pertumbuhan optimum didapatkan pada tanah yang banyak mengandung humus,
gembur, porus, pH tanah antara 6-7.
Kubis dapat ditanam sepanjang tahun dengan pemeliharaan lebih intensif.
a.
Persemaian
Benih disebar merata
pada bedengan/tempat penyemaian dengan
media tanah dan pupuk organik 1:
1,lalu ditutup dengan daun pisang selama 2-3 hari. Bedengan persemaian
diberi naungan/atap dari screen/kassa plastik
transparan. Kemudian persemaian
ditutup dengan screen untuk menghindari OPT. Setelah berumur 7-8 hari, bibit dipindahkan
kedalam bumbunan daun pisang/pot plastik dengan media yang sama (tanah dan
pupuk organik steril). Penyiraman dilakukan
setiap hari. Bibit siap ditanam dilapangan setelah berumur 3-4 minggu
atau sudah
memiliki 4-5 helai daun.
b.
Pengolahan lahan
Dipilih lahan yang bukan
bekas tanaman kubis-kubisan. Sisa tanaman dikumpulkan lalu dikubur, kemudia
tanah dicangkul sampai gembur. Dibuat lubang tanam dengan jarak 70 cm (antar
barisan) x 50 cm
(dalam barisan) atau 60 x 40 cm. Bila pH
tanah kurang dari 5,5 lakukan pengapuran
menggunakan kalsit atau
dolomit, dan diaplikasikan 3-4 minggu
sebelum tanam atau bersamaan
dengan pengolahan tanah
kedua.
c.
Pemupukan
Pupuk yang digunakan
berupa pupuk anorganik Urea, ZA, SP-36 dan KCl,
pupuk organik berupa
pupuk kandang juga digunakan sebagai pupuk dasar.
d.
Pemeliharaan
tanaman
Penyiraman dilakukan tiap
hari sampai kubis tumbuh normal, kemudian diulang sesuai kebutuhan. Bila ada
tanaman yang mati, segera disulam, dan penyulaman dihentikan setelah tanaman
berumur 10-15 hari setelah tanam.
Penyiangan dan pendangiran dilakukan bersamaan dengan pemupukan pertama
dan ke dua.
e.
Pengendaian
organisme pengangu tumbuhan (OPT)
OPT penting yang
menyerang tanaman kubis antara lain ulat daun kubis, ulat krop kubis, bengkak
akar, busuk hitam, busuk lunak, bercak
daun dan penyakit embun tepung. Pengendalian OPT dilakukan tergantung
pada OPT yang menyerang. Beberapa cara yang dapat dilakukan
antara lain adalah: bila terdapat serangan bengkak akar pada tanaman
muda, tanaman dicabut dan dimusnahkan. Kalau terpaksa menggunakan pestisida,
gunakan jenis pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi,
pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida
tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis,
dosis, volume semprot,
cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.
f.
Panen dan pasca panen
Kubis dapat dipanen setelah
kropnya besar, penuh dan padat. Bila pemungutan terlambat, krop akan pecah dan
kadang-kadang busuk. Pemungutan dilakukan
dengan memotong krop berikut sebagian batang dengan disertakan 4-5
lembar daun luar, agar krop tidak mudah rusak. Produksi kubis dapat mencapai
15-40 t/ha.
3.
Teknik Budidaya Cabe
Salah satu langkah terpenting dalam perbaikan teknik
budidaya cabe adalah pemilihan varietas cabe yang akan dibudidayakan. Secara
umum cabe memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Diantaranya Kalori,
Protein, Lemak, Karbohidrat, Kalsium, Vitamin
A, B1 dan Vitamin C.
Pada umumnya cabe dapat ditanam pada dataran rendah
sampai ketinggian 2000 meter dpl. Cabe dapat beradaptasi dengan baik pada
temperatur 24-27°C dengan kelembaban yang tidak terlalu tinggi. Tanaman cabe
dapat ditanam pada tanah sawah maupun tegalan yang gembur, subur, tidak terlalu liat dan cukup
air.
Tanaman cabe menghendaki pengairan yang cukup.
Tetapi apabila jumlah air berlebihan dapat menyebabkan kelembaban yang tinggi
dan merangsang tumbuhnya penyakit jamur
dan bakteri. Jika kekurangan air tanaman cabe dapat kurus, kerdil, layu dan
mati. Pengairan dapat menggunakan irigasi, air tanah dan
air hujan.
a. Pengolahan
tanah
Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki struktur dan porositas tanah sehingga
peredaran air dan udara menjadi optimal. Pengolahan tanah dilakukan secara
sempurna yaitu pembajakan dua kali dan penyisiran satu kali. Setelah pengolahan
tanah (7-14) hari, dibuat bedengan dengan tujuan memudahkan pembuangan air
hujan yang berlebihan, mempermudah pemeliharaan, mempermudah meresapnya air
hujan atau air pengairan, serta menghindari tanah terinjak-injak sehingga
menjadi padat.
Ukuran bedengan yang baik yaitu lebar 110-120 cm,
dengan tinggi 20-30 cm, panjang disesuaikan dengan keadaan lahan, serta jarak
antara bedengan 40-50 cm. Pada saat 70% bedengan kasar terbentuk dipupuk dengan
pupuk kandang atau kotoran ayam yang telah matang. Pada tanah yang pH-nya asam
juga diberikan
pengapuran.
b. Penyiapan
benih dan persemaian
Untuk lahan seluas 1 ha diperlukan benih 180 gram.
Ada 2 cara untuk membibitkan cabai yaitu disemai dibedengan atau disemai
langsung di polybag (kantong plastik). Jika benih disemai di bedengan terlebih
dahulu disiapkan bedeng persemaian, kemudian benih disebar dengan cara
berbaris, jarak antara barisan 5 cm dan diberi naungan dari daun kelapa atau
daun pisang. Benih juga
dapat disemai langsung dalam polybag kecil.
c. Pemasangan
mulsa plastik
Sebelum dilakukan pemasangan mulsa plastik terlebih
dahulu dilakukan pemupukan. Mulsa Plastik yang digunakan adalah berwarna Hitam Perak (MPHP).
Pemasangan sebaiknya dilakukan pada saat
terik matahari antara pukul 14.00-16.00 agar plastik tersebut memanjang
(memuai) sehingga dapat menutup tanah serapat mungkin. Bedengan yang telah
ditutup MPHP dibiarkan selama ± 5
hari kemudian dilakukan penanaman.
d. Penanaman
Waktu penanaman yang paling baik adalah pagi atau
sore hari. Umur cabe yang sudah dapat ditanam adalah umur 17.- 23 hari atau
tanaman cabe mempunyai daun 2-4 helai. Sehari sebelum tanam bedengan yang telah
ditutup mulsa plastik harus dibuatkan lubang tanam. Jarak tanam cabe yaitu
50-60 x 60-70 cm. Bibit cabe yang siap dipindahkan segera disiram secukupnya
dan sebaiknya juga direndam dalam larutan fungisida sistemik atau bakterisida
dengan dosis 0,5-1,0 g/l air selama 15-30 menit untuk mencegah penularan hama
dan
penyakit.
e. Pemupukan
Pupuk dasar diberikan 2-3 hari sebelum tanam, yaitu pupuk
SP-36. Pupuk susulan pertama diberikan pada umur 10 hari setelah tanam dengan pupuk
Urea, ZA dan KCI. Pemupukan susulan kedua dan ketiga masing-masing pada 40 dan
70 hari setelah tanam. Waktu pemupukan disesuaikan dengan ketersediaan air
dimana keadaan air tanah dalam keadaan cukup. Pupuk diberikan dengan cara
ditugal sedalam 5-15 cm dan ditutup kembali dengan
tanah.
f. Pengairan
Pengairan dilakukan setiap 7 – 10 hari atau
tergantung kondisi lahan. Pada waktu pelepasan air dari petak penanaman harus
dilakukan dengan pelan agar
tidak terjadi pencucian pupuk dari bedeng tanaman.
g. Pengendalian
hama dan penyakit
Ulat grayak, pengendalian terpadu yang dilakukan
adalah kultur teknis, hayati dan kimiawi. Cara kultur teknis dengan menjaga
kebersihan kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang menjadi tempat
persembunyian hama. Cara hayati dengan menyemprotkan cairan berbahan aktif Bacilus thuringiensis seperi Dipel, Florbac, Bactospine dan Thuricide. Cara kimiawi dengan
menyemprotkan insektisida Hostathion
40 EC (2 cc/L) atau Orthene 75 SP I
g/L.
Kutu daun, pengendalian secara terpadu dilakukan
dengan cara kultur teknis yaitu menanam tanaman perangkap (trap crop) disekeliling kebun cabe misalnya jagung. Cara kimiawi dengan menyemprotkan
insektisida yang efektif dan selektif seperti Deltamethrin 25 EC (0,1 - 0,2
cc/L), Decis 2,5 EC
(0,04%) atau Orthene 75 SP (0,1%.)
Lalat buah, pengendalian hama ini dilakukan secara
terpadu dengan cara pergiliran tanaman yang bukan tanaman inang, mengumpulkan
buah cabe yang terserang lalu dimusnahkan; pemasangan perangkap beracun metil eugenol serta disemprot dengan
insektisida Buldok, Lannate ataupun Tamaron.
Layu bakteri, penyebaran penyakit dapat melalui
benih, bibit, bahan tanaman yang sakit dan residu tanaman. Pengendalian terpadu
dilakukan dengan perlakuan benih dengan cara direndam dalam bakterisida Agrimycin 0,5 g/L selama 5 - 15 menit.
Layu fusarium, penyakit disebabkan organisme
cendawan yang bersifat tular tanah. Gejala serangan adalah terjadinya pemucatan
warna tulang-tulang daun dan diikuti dengan merunduknya tangkai-tangkai daun.
Pengendalian dilakukan dengan perlakuan benih direndam dalam larutan fungisida
Benlate
atau Derosal
0,5 - 1,0 g/L selama 5 - 15 menit.
h. Panen
dan pasca panen
Pada umumnya tanaman cabe mulai dipanen pada umur 75
- 80 hari setelah tanam, panen berikutnya dilakukan selang waktu 2 - 3 hari
sekali. Sedangkan di dataran tinggi panen perdana dimulai pada umur 90 - 100
hari setelah tanam. Selanjutnya pemetikan buah dilakukan selang waktu 6-10 hari
sekali. Panen cabe dipilih pada tingkat kemasakan 85-90% saat warna buah merah
kehitaman.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah melakukan kunjungan lapangan selama dua hari di dua tempat,
yaitu di UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sul-Sel dan kebun
sayur Enrekang, kami bisa menarik kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1.
Pada Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura Sul-Sel, terdiri dari tiga laboratorium dan memiliki kebun
percontohan dimana setiap laboratorium memiliki tugas masing-masing sedangkan
untuk kebun percontohan digunakan sebagai tempat mengaplikasikan
2.
Tanaman sayuran Enrekang yang kami
kunjungi yaitu tanaman tomat, cabe dan kol. Dalam pembudidayaan tanaman
diperlukan teknik budidaya yang
baik dan benar untuk menghasilkan
hasil yang lebih baik.
B.
Saran
Setelah melakukan kunjungan lapangan selama dua hari di dua tempat,
yaitu yaitu di UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sul-Sel dan
kebun sayur Enrekang, pesan dan kesan yang kami peroleh yaitu:
1. Untuk
UPTD Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sul-Sel diharapkan terus
mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki agar bisa menciptakan hal-hal baru
yang bisa bermanfaat bagi para petani serta diharapkan bisa lebih meningkatkan
sosialisasi pada tingkat petani-petani agar para petani bisa lebih banyak
mengetahui dan bisa menerapkan apa-apa yang diberikan
2.
Untuk kebun sayur Enrekang
Saran yang bisa diberikan pada
tanaman sayuran Enrekang, sebaiknya para petani menerapkan konsep pertanian
organik.
DAFTAR PUSTAKA
Fahmi
Yahizza. Makalah Dasar Budidaya Tanaman. http:// fahmiyahizza. blogspot.
com/2012/05/makalah-dasar-budidaya-tanaman.html.diakses 30 November 2014
Fitriani.2009.Budidaya
Tanaman Kubis Bunga. http:// eprints.
uns.ac.id /8620/1 /91520308200909571.pdf.diakses 29
November 2014
Halid.2014.http://eprints.ung.ac.id/2115/9/2012-2-54211-613408021-bab2-2301
2013040334.pdf.
diakses 29 November 2014
Lucky
Mirsadiq.2013.Teknik Budidaya Tanaman Hortikultura. http://mirsadiq.
files. wordpress.com/2013/12/ download –laporan –tbt
–hortikultura-universitas-sebelas-maret-surakarta1.pdf. diakses 30
November 2014
Syafri
Edi.2010.Budidaya Tanaman Sayuran. http://jambi.litbang.
pertanian.go.id/ ind/images/PDF/bookletsayuran10.pdf. diakse 30
November 2014
LAMPIRAN

Gambar 1. Biji mindi (bahan nabati)

Gambar 2. Pinang (bahan nabati)

Gambar 3. Pupuk organik cair (POC)

Gambar 4. Koleksi basah (OPT)

Gambar 5. Koleksi kering (OPT)

Gambar 6. Kebun kubis

Gambar 7. Kebun cabe

Gambar 8. Kebun tomat

Gambar 9. Kebun percontohan