Koneksi Antar Materi Modul 1.4 Budaya Positif
Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Saat ini saya sedang menjalani Pendidikan Guru Penggerak
Angkatan 11 Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat. Berikut ini tugas
saya koneksi antar materi pada modul 1.4 Budaya Positif.
A. Kesimpulan
mengenai peran Anda dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan
menerapkan konsep-konsep inti dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu
Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru
Penggerak, serta Visi Guru Penggerak.
Untuk
menumbuhkan karakter murid, mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dan pembelajaran
yang berpusat pada murid maka salah satu hal yang perlu dilakukan adalah
menciptakan budaya positif di kelas atau di sekolah. Budaya positif dapat dijalankan
dengan menerapkan konsep-konsep inti
seperti disiplin positif dan nilai kebijakan universal, motivasi perilaku
manusia (teori motivasi, hukuman dan penghargaan, restitusi), keyakinan kelas, kebutuhan dasar manusia, 5 posisi kontrol, dan
segitiga restitusi.
Disiplin
positif adalah bentuk kontrol diri yaitu belajar untuk mengontrol diri agar
dapat mencapai suatu tujuan muia. Yang dimaksud dengan tujuan mulia disni adalah mengacu
pada nilai-nilai kebajikan universal. Nilai-nilai ini merupakan ‘payung besar’
dari sikap dan perilaku manusia, atau nilai-nilai ini merupakan fondasi dalam
berperilaku. Nilai-nilai kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia yang
merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai setiap individu. Tujuan mulia dari penerapan disiplin positif adalah agar terbentuk
murid-murid yang berkarakter, berdisiplin, santun, jujur, peduli, bertanggung
jawab, dan merupakan pemelajar sepanjang hayat sesuai dengan standar kompetensi
lulusan yang diharapkan.
Motivasi perilaku manusia
terdiri dari 3, yaitu: untuk menghindari ketidaknyamanan atau
hukuman, untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain dan untuk menjadi orang
yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Motivasi pertama
dan kedua bersifat eksternal atau ektrinsik sedangkan motivasi ketiga bersifat internal
atau intrinsik. Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang
ketiga (untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri
dengan nilai-nilai yang mereka
percaya) pada murid-murid yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan
menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ketika
murid-murid memiliki motivasi tersebut, mereka telah memiliki motivasi
intrinsik yang berdampak jangka panjang, motivasi yang tidak akan terpengaruh
pada adanya hukuman atau hadiah. Mereka akan tetap berperilaku baik dan
berlandaskan nilai-nilai kebajikan karena mereka ingin menjadi orang yang
menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka hargai. Salah satu cara menerapkan hal
ini kepada murid yaitu dengan menghindari hukuman dan pemberian penghargaan
yang berlebihan kepada murid agar meminimalisir motivasi eksternal dalam diri
murid.
Keyakinan kelas atau sekolah adalah suatu bentuk nilai-nilai
kebajikan universal yang disepakati secara tersirat dan tersurat, lepas dari
latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama. Keyakinan kelas/sekolah
terdiri dari pernyataan-pernyataan nilai universal yang dibuat dalam bentuk
kalimat positif yang disepakati bersama
oleh guru dan murid untuk menjadi pedoman dalam berperilaku dan dan berinteraksi
di kelas/sekolah. Nilai-nilai Kebajikan menekankan pada keyakinan seseorang
akan lebih memotivasi seseorang dari dalam. Seseorang akan lebih tergerak dan
bersemangat untuk menjalankan keyakinannya. Selain sebagai upaya dalam membangun budaya positif, dengan adanya sebuah keyakinan kelas maka diharapkan mampu mewujudkan tujuan dari pendidikan yaitu dalam pembentukan karakter Profil Pelajar Pancasila pada murid.
Seluruh tindakan manusia memiliki tujuan tertentu. Semua
yang kita lakukan adalah usaha terbaik kita untuk mendapatkan apa yang kita
inginkan. Ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, sebetulnya saat itu
kita sedang memenuhi satu atau lebih dari satu kebutuhan dasar kita, yaitu
kebutuhan untuk bertahan hidup (survival),
kasih sayang dan rasa diterima (love and
belonging), kebebasan (freedom),
kesenangan (fun), dan penguasaan (power). Ketika seorang murid melakukan
suatu perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar
peraturan, hal itu sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar
mereka. Konsep 5 kebutuhan dasar manusia
tidak hanya berlaku bagi anak-anak atau murid-murid, namun juga bagi manusia
dewasa, dalam setting sekolah adalah para tenaga pendidik dan kependidikan. Glasser
menyatakan bahwa kapasitas untuk berubah ada di dalam diri kita. Jika kita
dapat mengidentifikasi kebutuhan apa yang mendorong perilaku kita, maka
perubahan perilaku positif dapat dimulai dengan mencari solusi untuk memenuhi
kebutuhan tertentu dengan cara yang positif.
Posisi kontrol guru
terdiri dari 5 posisi kontrol, yaitu: Penghukum, pembuat rasa bersalah, teman,
pemantau dan manajer. Posisi Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat
sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan
perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.
Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau,
dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua
posisi tersebut bila diperlukan. Namun bila menginginkan murid-murid menjadi
manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka perlu mengacu kepada
Restitusi yang dapat menjadikan murid kita seorang manajer bagi dirinya
sendiri. Di manajer, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun
kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat
konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki
kesalahan yang ada. Tugas seorang manajer bukan untuk mengatur perilaku
seseorang tetapi membimbing murid untuk dapat mengatur dirinya. Seorang manajer
bukannya memisahkan murid dari kelompoknya, tapi mengembalikan murid tersebut
ke kelompoknya dengan lebih baik dan kuat.
Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid
untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok
mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi juga
merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk
masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang
mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom
Gossen, 1996). Langkah-langkah segitiga restitusi, yaitu: menstabilkan
identitas, validasi tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan. Tujuan dari
penerapan segitiga restitusi untuk menghasilkan murid yang mandiri dan
bertanggungjawab.
Adapun keterkaitannya
modul ini dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar
Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak, serta Visi Guru
Penggerak yaitu: dengan menjalankan budaya positif di kelas/sekolah maka akan
mempermudah dalam mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid yang sesuai
dengan tujuan Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara. Budaya positif dapat
terwujud jika seorang guru memiliki 5 nilai guru penggerak yaitu, berpihak pada
murid, mandiri, reflektif, kolaboratif dan inovatif. Budaya positif dapat
terwujud dengan mendorong kolaborasi diantara semua warga sekolah dengan adanya
keyakinan kelas/sekolah yang disepakati bersama dan dijalankan bersama. Budaya
positif dapat terwujud dengan sejalan dengan visi yang telah ditetapakan yang
mengacu pada profil pelajar pancasila. Dalam rangka menciptakan lingkungan yang positif maka
setiap warga sekolah dan pemangku kepentingan perlu saling mendukung,
menghayati, dan menerapkan nilai-nilai kebajikan yang
telah disepakati bersama. Untuk dapat menerapkan tujuan mulia tersebut, maka
seorang pemimpin pembelajaran perlu berjiwa kepemimpinan sehingga dapat
mengembangkan sekolah dengan baik agar terwujud suatu budaya sekolah yang
positif sesuai dengan standar kompetensi pengelolaan yang telah ditetapkan Peran saya dalam menciptakan budaya positif yaitu dengan
berloraborasi bersama murid dalam membuat keyakinan kelas, selain itu
memberikan pemahaman kepada murid tentang karakter profil pelajar pacasila dan
berkolaborasi dengan kepala sekolah dan rekan guru dalam menciptakan budaya
positif di sekolah.
B. Refleksi dari pemahaman atas
keseluruhan materi Modul Budaya Positif
1.
Sejauh mana pemahaman Anda tentang
konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin
positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan,
posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi.
Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?
Setelah
mempelajari modul 1.4 tentang budaya positif, saya mendapatkan banyak
pembelajaran dan bisa memahami tentang disiplin positif, teori
kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol
guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Setelah saya mempelajari modul ini saya bisa menerapkannya kedepan dan saya bisa mningkatkan hal yang masih kurang selama ini saya lakukan.
2.
Perubahan apa yang terjadi pada cara
berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda
setelah mempelajari modul ini?
Setelah
mempelajari modul ini terjadi perubahan pada cara berpikir saya dalam hal
menerapkan keyakinan kelas yang seharusnya dibentuk bersama murid serta dalam
posisi kontrol seorang guru yang seharusnya adalah sebagai seotrang manager
serta dalam menangani masalah murid seharusnya menerapkan segitiga restitusi.
3.
Pengalaman seperti apakah yang
pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya
Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?
Pengalaman yang saya alami selama
menerapkan konsep budaya positif yaitu dalam pengimplementasian keyakinan
kelas, saya melihat respon murid sangat positif dengan keyakinan kelas yang
telah terbentuk dan mereka saling mengingatkan sesama teman tentang keyakinan
kelas ketika ada teman yang melanggarnya. Selain itu, dalam menerapkan segitiga restitusi merupakan hal yang menarik karena pada kegiatan ini murid dilatih untuk mempertanggungjawabkan dan bisa mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi.
4.
Bagaimanakah perasaan Anda ketika
mengalami hal-hal tersebut?
Perasaan saat sangat senang karena
dengan penerapan keyakinan kelas tersebut membuat murid lebih berkarakter serta
bisa termotivasi secara intrisik dalam menerapkan keyakinan tersebut. Dari hal tersebut membuat saya semakin termotivasi dalam menciptakan dan menerapkan budaya positif di sekolah dan berbagi kepada rekan guru dalam penerapan dan pengalaman yang telah saya alami.
5.
Menurut Anda, terkait pengalaman dalam
penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang
perlu diperbaiki?
Hal baik yang terjadi selama penerapan
konsep ini yaitu sudah mulai muncul motivasi dalam diri murid dalam menjalankan
keyakinan kelas dan kedepannya perlu dilakukan evaluasi dan refleksi secara
berkelanjutan terkait dengan penerapan budaya positif tersebut. Serta saya akan terus belajar terutama dalam hal menjalankan posisi kontrol sebagai manager dalam berhadapan dengan murid.
6.
Sebelum mempelajari modul ini, ketika
berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang
paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah
mempelajari modul ini, posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana
perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?
Sebelum mempelajari modul ini saya
biasa menggunakan posisi kontrol sebagai pembuat rasa bersalah dan penghukum sehingga
perasaan saya juga biasa merasa sedih setelah memberikan hukuman kepada murid. Setelah
mempelajari modul ini saya menggunakan posisi kontrol sebagai manager dan
sekarang perasaan saya jauh lebih tenang karena membuat murid bisa mencari
jalan keluar dari masalah yang telah dialami.
7.
Sebelum mempelajari modul ini,
pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan
murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda
mempraktekkannya?
Sebelum mempelajari modul ini saya biasa
menerapkan segitiga restitusi tetapi hanya pada tahap validasi tindakan yang
salah, contohnya ketika ada siswa yang datang terlambat saya menanyakan
alasannya setelah itu saya langsung memberitahu untuk tidak mengulangi lagi dan
memberikan hukuman kepada murid yang datang terlambat.
8.
Selain konsep-konsep yang disampaikan
dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari
dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun
sekolah?
Perlu menanamkan motivasi kepada murid agar budaya positif bisa diterapkan juga di
rumah agar menjadi kebiasaan positif bagi mereka di lingkungan manapun mereka
berada.
Rancangan Aksi Nyata
Rancangan Aksi Nyata
Salam Guru Penggerak
Salam dan Bahagia
Tergerak, Bergerak, Menggerakkan