Selasa, 05 November 2024

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.2

PEMIMPIN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA

1. Buatlah kesimpulan tentang apa yang dimaksud dengan “Pemimpin Pembelajaran dalam Pengelolaan Sumber Daya” dan bagaimana Anda bisa mengimplementasikannya di dalam kelas, sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. 

Pemimpin pembelajaran dalam pengelolaan sumber daya adalah seseorang yang mampu menganalisis potensi-potensi yang ada di lingkungan sekolah dengan menggunakan pendekatan berbasis asset selanjutnya mengelola sumber daya yang ada agar bisa menunjang proses pembelajaran yang berpihak kepada murid sehingga tujuan yang diinginkan bisa tercapai. Cara pengimplementasian di dalam kelas yaitu dengan menggunakan sarana dan prasarana serta teknologi yang ada di sekolah untuk menunjang proses pembelajaran dengan melibatkan murid secara aktif selama proses pembelajaran di sekolah dengan memanfaatkan segala modal-modal utama yang ada di sekolah seperti dengan menggunakan lahan kosong sebagai lahan penanaman berbagai jenis tanaman, berkolaborasi bersama guru dalam pelaksanaan kegiatan sekolah serta menggerakkan komunitas sekolah untuk mengembangkan skolah. Untuk maryarakat di sekitar sekolah yaitu dengan melibatkan dan berkolaborasi bersama masyarakat sekitar dalam kegiatan sekolah, bekerja sama dengan wali murid dalam pelaksanaan kegiatan sekolah, bekerja sama dengan pihak-pihak yang ada di lingkungan sekolah seperti pemerintah desa, kepolisian, putu atau puskesmas dalam pelaksanaan kegiatan sekolah sehingga bisa terlaksana dengan baik.


2.      Jelaskan dan berikan contoh bagaimana hubungan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid menjadi lebih berkualitas. 

Dengan pengelolaan sumber daya yang tepat akan membantu proses pembelajaran murid yang lebih berkualitas karena segala potensi atau kekuatan yang ada di lingkungan sekolah bisa termanfaatkan dengan baik sehingga lebih memudahkan dalam pelaksanaan pembelajaran. Sumber daya atau modal utama yanga ada di lingkungan sekolah terdiri dari 7 modal utama yaitu: modal manusia, modal sosial, modal politik, modal fisik, modal agama dan budaya, modal lingkungan atau alam dan modal finansial. Modal manusia seperti kepala sekolah dan guru berperan dalam memimpin pembelajaran yang berpihak pada murid sesuai dengan bidang keahliannya sehingga potensi murid bisa dikembangkan dan pembelajaran murid bisa lebih berkualitas, modal sosial seperti kerjasama dengan wali murid dalam memantau dan meningkatkan karakter dan pengetahuan murid, modal politik seperti kerja sama dengan pihak dinas dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan peningkatan kompetensi guru sehingga bisa menngkatkan kualitas guru dalam mengajar, modal fisik seperti bangunan kelas, laboratorium, lapangan olahraga serta sarana dan prasarana serta teknologi dapat dikelola atau dimanfaatkan dengan baik dalam menunjang proses pembelajaran sehingga pembelajaran bisa lebih berkualitas dan menyenangkan, modal agama dan budaya seperti dengan pembiasaan peningkatan karakter pada murid sehingga murid bisa memegang teguh nilai-nilai kebajikan yang membuat murid bisa lebih berakhlak dan manyadari tugas dan kewajibannya, modal lingkungan atau alam sangat bermanfaat sebagai tempat atau sumber belajar bagi murid sehingga pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna, dan modal finansial dilakukan dengan memanfaatakan dana dari sekolah untuk menunjang kebutuhan belajar murid agar lebih bermana.

3.      Berikan beberapa contoh bagaimana materi ini juga berhubungan dengan modul lainnya yang Anda dapatkan sebelumnya selama mengikuti Pendidikan Guru Penggerak.

Kaitan modul ini dengan modul 1.1 yaitu bagaimana kita bisa memaksimalkan potensi murid sesuai dengan bakat atau minatnya dan sesuai dengan kodrat zaman agar pembelajaran bisa lebih bermakna. Kaitan modul ini dengan modul 1.2 yaitu sesuai dengan nilai dan peran guru penggerak maka kita bisa memaksimalkan potensi pada murid sengan cara menjadi panutunya. Kaitan modul ini dengan modul 1.3 yaitu sesuai dengan visi sekolah yang ingin dicapai bersama yang berpihak pada murid. Kaitan modul ini dengan modul 1.4. yaitu dengan pembiasaan budaya positif di sekolah akan membuat murid merasa nayaman dan tenang. Dengan kondisis seperti itu maka akan membuat pembelajaran murid bisa lebih bermakna. Kaitan modul ini dengan modul 2.1. yaitu dengan menerapkan pembelajaran berdifensiasi maka kita akan dilatih dalam menerapkan pembelajaran sesuai kebutuhan dan minat. Kaitan modul ini dengan modu 2.2. yaitu dalam pembelajaran kita harus memperhatikan kebutuhan murid sehingga kita harus mampu dalam manajemen diri, manajemen soial sehingga murid bisa maksimal dalam pembelajarannya.Kaitan modul ini dengan modul 2.3. yaitu berkaitan dengan keterampilan coaching sehingga kita bisa menerapkannya pada rekan guru agar bisa menemukan solusi dari situasi yang dihadapi, serta menerapkan kepada murid agar murid bisa menemukan jalan keluar atau solusi dari situasi yang dihadapi. Kaitan modul ini dengan modul 3.1. yaitu dalam pengambilan keputusan harus yang berpihak pada murid, sesuai nilai kebajikan serta bisa dipertanggungjawabkan.


4.   Ceritakan pula bagaimana hubungan antara sebelum dan sesudah Anda mengikuti modul ini, serta pemikiran apa yang sudah berubah di diri Anda setelah Anda mengikuti proses pembelajaran dalam modul ini.

Sebelum saya mengikuti pembelajaran pada modul ini saya biasa menggunakan pemikiran dengan pendekatan berbasis kekurangan atau kelemahan sehingga membuat saya sulit berkembang, sedangkan setelah mengikuti pembelajaran modul ini selanjutnya saya bisa mengetahui bagaimana pendekatan berbasis asset atau kekuatan serta memanfaatkan dengan baik. Selain itu setelah mengikuti pembelajaran pada modul ini saya juga bisa mengetahui 7 modal utama yang ada di lingkungan sekolah yang terdiri dari modal manusia, modal sosial, modal politik, modal agama dan budaya, modal fisik, modal lingkungan atau alam dan modal finansial serta bagaimana cara mengelola sumber daya dengan menggunakan pendekatan ABCD (Asset Based Community Development).

 

 

Rabu, 23 Oktober 2024

 KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

 

·   Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Pratap Triloka dari Ki Hajar Dewantara sangat berkaitan dengan pengambilan keputusan karena Pratap Triloka ini membuat kita sebagai pendidik untuk selalu berbuat yang berpusat atau berpihak pada murid, sepertinya bunyinya yang pertama Ing Ngarsa Sungtuladha yang berarti sebagai pendidik di depan kita harus mampu menjadi teladan bagi murid-murid, yang kedua Ing Madya Mangun karsa yang artinya di tengah memberi motivasi bagi murid dan yang ketiga Tut wuri Handayani berarti di belakang kita harus selalu memberikan dukungan kepada murid.

·   Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Pengambilan keputusan didasarkan pada keputusan yang berpihak pada murid, sesuai dengan nilai-nilai kebajikan dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan nilai-nilai kebajikan yang diyakini akan mengarahkan kita dalam penentuan prinsip pengambilan keputusan yang diambil, sebgaimana diketahui prinsip pengambiilan keputusan terdiri dari 3 yaitu berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan dan berpikir berbasis hasil akhir. Dengan nilai kebajikan yang diyakini akan menjadi acuan dalam menetapkan prinsip yang akan diambil serta dengan hal tersebut akan membuat kita bisa mempertanggungjawabkan keputusan yang diambil.

·    Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Salah satu cara agar yang dapat dilakukan dalam pengambilan keputusan yaitu melalui proses coaching.  Melalui proses coaching akan terjadi interaksi dan kemitraan yang akan memunculkan dan memaksimalkan potensi diri, dari potensi-poteensi diri tersebut yang akan mengantarkan pada penentuan rencana aksi atau pengambilan keputusan yang bertanggungawab. Proses coaching bisa dilakukan beberapa kali sehingga apabila setelah melakasanakan rencana aksi atau setelah melaksanakan keputusan yang diambil dan masih terdapat kekurangan maka hal tersebut bisa dievaluasi kembali dan dilakukan proses coaching kembali sampai didapatkan tujuan yang diharapkan.

·   Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Ketika dihadapkan pada masalah dilema etika maka dalam pengambilan keputusan tidak dianjurkan untuk terburu-buru, tetapi harus dilakukan secara hati-hati dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti dampaknya terhadap orang lain sehingga dalam pengambilan keputusan harus dalam keadaan tenang agar kita bisa berpikir jernih atau dengan kata lain kita harus mampu mengelola emosi dalam diri serta mampu memperhatikan kebutuhan orang lain agar keputusan yang diambil nantinya tidak menimbulkan kerugian pada semua pihak serta keputusan yang diambil bisa dipertanggungjawabkan.

·    Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Sebagai seorang pendidik harus memegang teguh nilai-nilai kebajikan dan dengan nilai tersebut membuat kita bisa mengambil keputusan yang berpihak pada murid dan bisa mempertanggungjawabkan keputusan yang diambil.

·   Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Pengambilan keputusan yang tepat bisa dilakukan sesuai dengan paradigma berpikir, prinsip pengambilan keputusan serta 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Selain itu dalam pengambilan keputusan juga disesuaikan dengan nilai-nilai kebajikan yang berpihak pada murid serta bisa dipertanggungjawabkan. Dengan menerapkan berbagai aspek tersebut maka akan menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

·     Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan dalam pengambilan keputusan pada lingkungan yaitu apabila didaptkan informasi yang belum  lengkap sehingga membuat kita kesulitan dalam pengambilan keputusan.

·   Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengaruh pengambilan keputusan dengan pengajaran yang memerdekakan murid yaitu dengan menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid maka kira harus mampu merancang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan murid agar murid tersebut nantinya bisa merasa bahagia dalam proses pembelajaran. Untuk merancang dan menjalankan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan atau potensi murid maka sebelumnya kita harus bisa melaksankan kegiatan asesmen awal untuk mengetahui potensi yang dimiliki murid dan seperti apa kebutuhannya. Dengan pengambilan keputusan tersebut maka akan menciptakan kondisi yang nyaman pada murid dalam belajar sehingga akan berdampak positif pada pengetahuan dan kemajuan pembelajarannya.

· Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Pengambilan keputusan sebagai seorang pendidik atau pemimpin pebelajaran akan mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid karena melalui proses pembelajaran kita bisa menuntun murid agar bisa memperoleh pembelajaran sesuai dengan kodrat alam atau potensi yang dimiliki sehingga potensi tersebut bisa terus berkembang dan bisa membawa kebermanfaatan pada murid tersebut, selain dari kodrat alam kita juga harus mampu menuntun murid sesuai dengan kodrat zaman sehingga pembelajaran yang dilakukan bisa kreatif dan inovatif dan ini juga akan berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang dialui murid. Dengan menuntun murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman maka diharapkan akan bisa menciptakan kondisi yang nyaman dan membuat murid bahagia sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu agar murid  dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

·    Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan dari pembelajaran modul ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya yaitu sebagi pendidik pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting dan merupakan hal yang sensitif karena dari pengambilan keputusan ini akan diikuti oleh dampak-dampak dan konsekuensi yang akan terjadi, sehingga dalam pengambilan keputusan kita harus memperhatikan 3 unsur yaitu  nilai-nilai kebajiikan yang kita yakini , apakah sudah berpihak pada murid serta apakah dapat dipertanggungjawabkan, dengan pertimbangan tersebut maka pengambilan keputusan bisa dilakukan dengan memperhatikan paradigma, prinsip dan mengacu pada 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Kaitan modul ini dengan modul-modul sebelumnya yaitu dalam pengambilan keputusan harus berpihak pada murid sesuai dengan modul 1.1 filosofis pendidikan Ki Hajar Dewantara sebagai pendidik kita harus mampu menuntun anak sesuai kodrat alam atau kodrat zaman serta berkaitan dnegan semboyan pendidikan atau Tratap Trikloka, selain itu modul ini juga sesuai dengan modul 1.2 nilai dan peran guru penggerak dengan nilai berpihak pada murid dan peran guru penggerak untuk menjadi pemimpin pembelajaran, modul ini juga sesuai dengan modul 2.1 yaitu pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan murid, modul ini juga terkait dengan modul 2.2 yaitu pembelajaran sosial emosional dalam mengambil keputusan tidak boleh teruru-buru tetapi harus dalam keadaan tenag dan kita mamu mengelola diri dan mampu memahami situasi orang lain dan nantinya dapat mengambil keputusan yang bertanggungjawab, modul ini juga terkait dengan modul 2.3 yaitu keterampilan coaching dalam pengambilan keputusan.

·      Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Menurut saya hal yang diluar dugaan yaitu ternyata dalam pengambilan keputusan diperlukan juga pengujian benar salah agar keputusan yang kita ambil bisa lebih akurat

·   Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelumnya saya pernah menerapkan pengambilan keputusan tetapi tidak sedetail yang saya dapatkan dalam modul ini. Pada  modul ini lebih lengkap dipelajari tentang langah-langkah dalam pengambilan keputusan

·       Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Setelah mempelajari modul ini saya bisa mendapatkan banyak pembelajaran dan sangat bermanfaat untuk saya karena saya bisa terapkan dan implementasikan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan pekerjaan maupun pribadi. Dalam pengambilan keputusan saya bisa lebih berhati-hati lagi dan memperhatikan paradigma, prinsip dan langkah dalam pengambilan keputusan.

·      Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Menurut saya mempelajari modul ini sangat penting karena sebagai manusia baik itu seorang individu atau seorang pemimpin kita akan selalu dihadapkan pada situasi yang mengharuskan kita untuk mengambil keputusan. Dengan mempelajari modul ini maka saya bisa mengetahui hal-hal apa saja yang harus diperhatikan sebelum mengambil keputusan serta saya juga bisa mengetahui langkah-langkah yang ditempuh dalam pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.

 

Senin, 07 Oktober 2024

 

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3
Coaching Untuk Supervisi Akademik
1. Bagaimana peran Anda sebagai seorang coach di Sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajara berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional?
2. Bagaimana keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembanagan kompetensi  sebagai pemimpin pembelajaran?
A.      Pemikiran reflektif terkait pengalaman belajar
1.      Pengalaman/materi pembelajaran yang baru saja diperoleh
Dalam modul 2.3 saya mempelajari tentang coaching untuk supervisi akademik, dimana tujuan dari supervisi akademik ini adalah untuk mengembangkan kompetensi diri dalam diri seluruh guru di sekolah. Pendekatan yang digunakan dalam supervisi akademik ini adalah pendekatan coaching yang memiliki 3 prinsip yaitu kemitraan, proses kreatif dan memaksimalkan potensi. Kompetensi inti coaching yang harus dimiliki diantaranya yaitu kehadiran penuh (presence), mendengarkan aktif dan megajukan pertanyaan berbobot. Dalam proses percakapan berbasis coaching menggunakan alur TIRTA yaitu Tujuan, Identifikasi, Rencana Aksi, dan Tanggung jawab. Dalam proses supervisi akademik terdapat 3 tahapan yang dilakukan yaitu pra observasi (perencanaan), observasi (pelaksanaan) dan pasca obeservasi (tindak lanjut).
2.      Emosi-emosi yang dirasakan terkait pengalaman belajar
Perasaan saya terkait pengalaman belajar pada modul ini yaitu saya merasa sangat senang karena memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru terkait keterampilan coaching dan supervisi akademik dimana keterampilan ini sangat dibutuhkan sebagai seorang guru.
3.      Apa yang sudah baik berkaitan dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar
Dalam proses pembelajaran pada modul ini terdapat kegiatan dalam ruang kolaborasi dan dalam kegiatan demonstrasi kontekstual yakni praktik coaching dan supervisi akademik bersama rekan CGP, sehingga menurut saya yang sudah baik yang berkaitan dengan keterlibatan diri saya yaitu saya bisa berkolaborasi dengan baik bersama rekan-rekan CGP dan kami juga sudah bisa menerapkan coaching dengan alur TIRTA serta mampu menerapkan proses supervisi akademik yaitu dengan menjadi pengamat atau observer ketika rekan CGP sedang proses coaching.
4.      Apa yang perlu diperbaiki terkait dengan keterlibatan dirinya dalam proses belajar
Saya masih perlu meningkatkan kemampuan saya dalam keterampilan coaching contohnya dalam mengajukan pertanyaan yang berbobot kepada coachee agar proses percakpan coaching yang dilakukan bisa mencapai tujuan yang diharapkan dengan memaksimalkan potensi dari coachee.
5.      Keterkaitan terhadap kompetensi dan kematangan diri pribadi
Pada modul ini saya banyak belajar tentang kompetensi coaching dan supervisi akademik sehingga menambah kompetensi saya dalam menerapkan proses coaching yang memberdayakan yang nantinya bisa saya terapkan untuk murid-murid saya dan rekan guru. Selain itu pada modul ini saya juga mendapatkan pembelajaran tentang bagaimana menjadi seorang coach yang bisa menerapkan prinsip coaching yakni kemitraan, proses kreatif dan memaksimalkan potensi sehingga dalam kegiatan atau proses coaching saya bisa mengendalikan diri dengan menempatkan diri setara dengan orang yang menjadi coachee saya, selain itu saya juga bisa menghindari memunculkan pertanyaan yang menimbulkan asumsi-asumsi pribadi kepada coachee sehingga tujuan yang diharapkan bisa tercapai, dengan merapkan prinsip-prinsip coaching tersebut maka saya bisa membuat coachee memunculakan potensi dalam dirinya untuk mencari jalan keluar dalam menyelesaiakan persoalan yang sedang dihadapi atau memunculkan potensi dalam dirinya atau memberdayakannya untuk meningkatkan kompetensi yang dia dimiliki.
B.       Analisis untuk implementasi dalam konteks CGP
1.      Memunculkan pertanyaan kritis yang berhubungan dengan konsep materi dan menggalinya lebih jauh
·      Bagaimana cara menerapkan keterampilan coaching dalam kegiatan supervisi akademik di sekolah?
Kegiatan supervisi yang biasa dilakukan oleh seorang kepala sekolah kepala guru-guru yang ada di sekolah tujuan utamanya dalah untuk meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan bisa tercapai dengan menerapkan pembelajaran yang berpusat pada murid. Sebelumnya mungkin ada yang menerapkan supervisi akademik di sekolah dengan satu arah saja yaitu guru mendapatkan umpan balik dari kepala sekolah setelah proses pembelajaran di kelas selesai. Dengan menerapkan keterampilan coaching dalam kegiatan supervisi akademik maka langkah yang dilakukan oleh observer atau kepala sekolah yaitu melaksaknakan kegiatan pra observasi, observasi dan pasca observasi sehingga kegiatan observasi bisa terarah dan terukur karena sebelumnya telah ada perencanaan yang dilakukan antara observer dan guru sebelum observasi dilakukan, serta setelah kegiatan observasi selesai maka akan ada kegiatan pasca observasi yakni bagaimana tindak lanjut yang akan dilakukan seorang guru setelah proses observasi selesai.
2.      Mengolah materi yang dipelajari dengan pemikiran pribadi sehingga tergali wawasan (insight) baru
Dengan menerapkan keterampilan coaching yang memberdayakan maka akan memaksimalkan potensi serta meningkatkan kompetensi coachee, contohnya apabila diterapkan ke murid maka dengan keterampilan caoaching ini akan mengembangkan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran sehingga akan mampu memunculkan potensi dalam murid tersebut sehingga bisa tercipta pembelajaran yang berpihak pada murid dan nantinya membawa manfaat untuk meningkatkan kompetensi murid tersebut. Begitu pula bila coaching yang memberdayakan diterapkan dengan rekan guru di sekolah maka akan meningkatkan kompetensi dari rekan guru sebagai pemimpin pembelajaran untuk melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid sehingga tujuan dari pembelajaran bisa tecapai dengan baik.
3.      Menganalisis tantangan yang sesuai dengan konteks asal CGP (baik tingkat sekolah maupun daerah)
Tantangan yang dihadapi yaitu dalam menyeragamkan pengetahuan tentang keterampilan coaching dan supervisi akademik
4.        Memunculkan alternatif solusi terhadap tantangan yang diidentifikasi
Alternatif solusi yang dapat dilakukan adalah dengan mengadakan sosialisasi di sekolah bersama rekan guru dan kepala sekolah
C.      Membuat keterhubungan
1.      Pengalaman masa lalu
Sebelumnya pengalaman observasi akademik yang saya alami yaitu langsung pada kegiatan observasi tanpa ada pra observasi dan pasca observasi
2.      Penerapan di masa mendatang
Harapan saya adalah penerapan observasi akademik kedepannya bisa dilajankan dengan melaksanakan dulu kegiatan pra observasi lalu kegiatan observasi di kelas dan setelah itu kegiatan pasca observasi sehingga tujuan dari observasi akademik bisa tercapai yakni meningkatkan kompetensi guru
3.      Konsep atau praktik baik yang dilakukan dari modul lain yang telah dipelajari
Keterampilan coaching pada modul 2.3 ini memiliki keterkaitan dengan modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi serta modul 2.2 tentang pembelajran sosial emosional. Dalam proses pelaksanaan coaching berlangsung, seorang coach harus bisa memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh seorang coachee sehingga dari kegiatan ini seorang coachee bisa melaksanakan sesuatu sesuai dengan kemampuannya sendiri atau sesuai kebutuhannya sendiri dengan cara memunculkan pertanyaan-pertanyaan berbobot yang bisa membuat coachee menggali potensi yang dimiliki karena setiap orang memiliki ptensi yang berdeba-beda, selain itu sebagai seorang coach juga harus bisa menerapkan prinsip kemitraan sehingga seorang coach bisa mengelola diri dalam menempatkan diri setara dengan coacheenya dan mampu mengelola emosi untuk tidak memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang mengandung asumsi-asumsi kepada coachee agar coachee bisa nyaman dalam berkomunikasi serta merasa senang dengan proses coaching yang dilaksanakan sehingga coachee bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diarahkan untuk menggalo potensi dirinya dan menemukan jalan keluar dari situasi yang sedang dihadapi. Seorang coach harus mampu menciptakan suasana yang kondusif serta harus bisa fokus kepada coachee dengan hadir penuh selama proses coachee berlangsung.
4.      Informasi yang didapat dari orang atau sumber lain di luar bahan ajar PGP
Informasi lain yang saya peroleh dengan membaca literatur-literatur dari internet

Rabu, 18 September 2024

Koneksi Antar Materi Modul 2.2

Pembelajaran Sosial dan Emosional

        Pembelajaran sosial emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah yang memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Pembelajaran Sosial dan Emosional berupaya menciptakan lingkungan dan pengalaman belajar yang menumbuhkan  5 kompetensi sosial dan emosional yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Pembelajaran  5 kompetensi sosial emosional tersebut akan menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatakan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal, meningkatkan kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah serta dapat serta dapat  menghasilkan murid-murid  yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, responsif, proaktif, mendorong anak untuk memiliki rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan humaniora.  Semua ini selaras dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi dalam Standar Nasional Pendidikan.

        Setelah mempelajari pembelajaran sosial emosional perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagi pemimpin pembelajaran yang saya alami yaitu dengan PSE akan melatih dalam kompetensi kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab. Dengan keterampilan kesadaran diri maka membuat saya bisa memahami perasaan, emosi dan nilai-nilai diri sendiri yang berdampak positif dengan perilau diri dalam menghadapi berbagai situasi, dengan kemampuan manajemen diri membuat saya bisa mengelola emosi dan perilaku secara efektif dalam berbagai situasi, dengan kompetensi kesadaran sosial membuat saya bisa memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain tanpa memandang latar belakang mereka, dengan kompetensi keterampilan berelasi membuat saya mampu membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif dengan murid atau rekan kerja, dengan keterampilan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab membuat saya bisa mengambil dan membuat suatu keputusan dengan mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman serta manfaatnya baik untuk diri saya sendiri dan untuk orang lain.

        Kaitan pembelajaran sosial dan emosional dengan modul sebelumnya yaitu dengan penerapan pembelajaran sosial emosional akan mengarah ke pembelajaran yang berpusat pada murid dengan memuntun murid sesuai kodratnya, dengan pembelajaran sosial emosional juga merupakan wujud implementasi nilai dan peran guru penggerak dalam mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, inovatif, dan reflektif, dengan pembelajaran sosial emosional juga merupakan langkah dalam mewujudkan visi guru penggerak, dengan penerapan pembelajran sosial emosional mendukung terciptanya budaya positif serta dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi juga diperlukan keterampilan sosial emosional agar mampu memahami dan memenuhi kebutuhan murid.

        Sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa pembelajaran hanya sebatas memberikan nasehat, motivasi dan bimbingan kepada murid sehingga murid bisa lebih semangat dalam belajar dan berperilaku yang baik. Setelah mempelajari modul ini, ternyata di dalam proses pembelajaran bisa membentuk keterampilan sosial emosional murid antara lain memiliki kesadaran diri agar bisa memahami diri sendiri dan orang lain, memiliki manajemen diri agar bisa mengelola emodi kea rah yang positif, memilki kesadaran sosial sehingga muncul rasa empati dan bisa berinteraksi dengan baik dengan orang lain, memiliki keterampilan berelasi agar dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain serta dapat mengambil keputusan yang bertanggungjawab.

        Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being),  3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah yang pertama menerapkan 5 kompetensi social emosional yang terdiri dari kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran social, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab. Yang kedua menerapkan praktik kesadaran penuh (mindfulness) dengan menggunakan berbagai teknik. Yang ketiga menerapkan 4 indikator PSE yang terdiri dari pengajaran ekplisit, integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, dan penguatan KSE pendidik dan tenaga kependidikan di Sekolah.

        Perubahan yang akan saya terapkan di  kelas dan sekolah yaitu bagi murid-murid dengan menerapkan semua pembelajaran sosial emosional serta memberikan pengajaran ekplisit, melakukan integrasi dalam praktek mengajar dengan kurikulum akademik seperti melakukan pembukaan pembelajaran yang hangat, kegiatan inti yang melibatkan murid secara aktif, dan penutupan optimistik, menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah yang positif. Bagi rekan sejawat yaitu menjadi teladan, belajar dan berkolaborasi dalam penerapan PSE.

 

Salam dan Bahagia

Salam Guru Penggerak

Tergerak, Bergerak, Menggerakkan


Rabu, 04 September 2024

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.1 PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

            Pembelajaran berdiferensiasi merupakan filosofi dan prinsip belajar mengajar dengan dengan usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar murid. Pembelajaran berdiferensiasi adalah proses yang komprehensif dan fleksibel yang mencakup perencanaan, persiapan dan penyampaian pengajaran untuk mengakomodasi keragaman kebutuhan belajar murid di dalam kelas. Melalui pembelajaran berdiferensiasi, guru mempertimbangkan siapa yang mereka ajar, apa yang mereka ajarkan, di mana mereka mengajar, dan bagaimana mereka mengajar. Langkah-langkah pembelajaran berdiferensiasi yang pertama adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang jelas, selanjutnya mengidentifikasi dan merespon kebutuhan belajar murid, kemudian, menciptakan ingkungan belajar positif yang mengundang murid untuk belajar, setelah itu manajemen kelas efektif dan asesmen berkelanjutan.

            Pertimbangan utama dalam menetapkan pembelajaran berdiferensiasi adalah sejauh mana diferensiasi yang dipilih dapat memenuhi kebutuhan murid dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Kebutuhan belajar murid terdiri dari kesiapan belajar murid (readiness), minat murid dan profil belajar murid (lingkungan belajar, budaya, gaya belajar dan kecerdasa majemuk). Murid akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika tugas-tugas yang diberikan sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan belajar). Selain itu dengan pemberian tugas yang sesuai dengan kebutuhan belajar murid akan memicu keingintahuan dalam diri mereka (minat) dan akan membeuat mereka bisa bekerja sesuai dengan cara yang mereka sukai (profil belajar murid). Cara mengidentifikasi kebutuhan belajar murid yaitu dengan menggunakan berbagai asesmen awal dan asesmen formatif, mengidentifikasi pengetahuan awal, mereview dan melakukan refleksi terhadap raktik pengajaran, mengamati perilaku murid-murid, membaca rapor murid dari kelas mereka sebelumnya, berbicara dengan guru murid sebelumnya dan lain sebagainya.

            Strategi diferensiasi terdiri dari 3 yaitu diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk. Konten adalah apa yang akan diajarkan kepada murid sehingga dalam pembelajaran berdiferensiasi konten bisa dilakukan sesuai dengan kesiapan belajar murid dengan memberikan informasi yang dasar atau transformatif, melakukan pembelajaran secara abstrak atau konkret sesuai dengan kemampuan murid, selain itu diferensiasi konten bisa dilakukan dengan menyediakan berbagai macam teks narasi sesuai dengan minat murid dan menyediakan konten pembelajaran sesuai profil murid (visual atau auditori). Proses mengacu pada bagaimana murid akan memahami atau memaknai informasi atau materi yang dipelajari. Cara yang dilakukan dalam pembelajaran diferensiasi proses yaitu bisa dengan kegiatan berjenjang, menggunakan pertanyaan pemandu atau tantangan, membuat agenda individual, memvariasaikan lama waktu, mengembangkan kegiatan bervariasi dan melakukan pengelompokkan yang fleksibel. Produk adalah hasil pekerjaan atau unjuk kerja dari murid yang bisa berupa karangan/tulisan, hasil tes, pertunjukan, presentasi, pidato diagram dan lainnya. Produk harus mencerminkan pemahaman murid dan berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Sebelum menentukan penugasan produk maka harus mempertimbangkan kebutuhan belajar murid terlebih dahulu. Diferensiasi produk meliputi meliputi 2 hal, yaitu: yang pertama meberikan tantangan dan keragaman/variasi, yang kedua yaitu memberikan murid pilihan bagaimana mereka dapat mengekspresikan pembelajaran yang diinginkan.

            Pembelajaran berdiferensiasi harus dibangun di atas learning community (komunitas belajar). Learning community adalah komunitas belajar yang semua anggotanya adalah pemelajar. Guru-guru akan memimpin murid untuk mengembangkan sikap-sikap dan praktik-praktik yang saling mendukung tumbuhnya lingkungan belajar. Karakteristik komunitas belajar yang dapat mendukung pembelajaran berdiferensiasi yaitu: setiap orang dalam kelas akan menyambut dan merasa disambut dengan baik, setiap orang di dalam kelas saling menghargai, murid akan merasa aman, ada harapan bagi pertumbuhan, guru mengajar untuk mencapai kesuksesan, ada keadilan dalam bentuk yang nyata, serta guru dan siswa berkolaborasi untuk pertumbuhan dan kesuksesan bersama. Pembelajaran berdiferensiasi yang efektif tidak dapat dipisahkan dari lingkungan belajar yang positif, kurikulum berkualitas tinggi, penilaian untuk menginformasikan pengambilan keputusan guru, dan manajemen kelas yang fleksibel. Jika salah satu dari unsur-unsur tersebut lemah, maka unsur-unsur yang lain juga akan berkurang.

            Praktik pembelajaran berdiferensiasi harus berakar pada asesmen. Asesmen formatif memungkinkan guru untuk mengenal murid dengan lebih baik, oleh karena itu, mereka dapat membuat keputusan terbaik demimenantang murid dengan tepat dan melibatkan murid dalam pembelajaran. Lewat proses asesmen guru akan menemukan kebutuhan belajar murid. Guru mengidentifikasi kebutuhan belajar murid dengan cara berkomunikasi dan membangun hubungan saling percaya dengan murid-murid untuk mengetahui perasaan, latar belakang, keinginan dan minat dari murid. Dengan informasi yang didapatkan akan digunakan oleh guru untuk merancang pembelajaran yang sesuai untuk murid dengan harapan murid akan merespon dengan baik pembelajaran yang telah dirancang.

            Kaitan modul pembelajaran berdifensiasi dengan modul filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara yaitu dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi maka guru bisa memenuhi kebutuhan belajar murid dengan melaksakan pembelajaran yang berpusat pada murid dan menuntun murid sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kaitan Modul pembelajaran berdiferensiasi dengan modul nilai dan peran guru penggerak yaitu dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi guru guru bisa memenuhi kebutuhan murid dengan cara melaksanakan pembelajaran yang  berpihak pada murid, selain itu guru harus bersikap reflektif agar, mandiri, kolaboratif dan inovatif untuk menciptakan pembelajaran yang memenuhi kebutuhan belajar murid. Dengan memenuhi kebutuhan belajar murid maka akan terwujud kepemimpinan murid. Kaitan modul pembelajaran berdiferensiasi dengan modul visi guru penggerak yaitu penerapan pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satu cara yang bisa mewujudkan visi yang berpihak pada murid. Kaitan modul pembelajaran berdiferensiasi dengan modul budaya positif yaitu dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi diperlukan lingkungan belajar yang positif dan nilai-nilai positif yang bisa dicapai melalui pembentukan dan pengimplementasian keyakinan kelas.

 

 

Salam Guru Penggerak

Salam dan Bahagia

Tergerak, Bergerak, Menggerakkan

 

 


Minggu, 18 Agustus 2024

Koneksi Antar Materi Modul 1.4 Budaya Positif

Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Saat ini saya sedang menjalani Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 11 Kabupaten Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat. Berikut ini tugas saya koneksi antar materi pada modul 1.4 Budaya Positif.

A.    Kesimpulan mengenai peran Anda dalam menciptakan budaya positif di sekolah dengan menerapkan konsep-konsep inti dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak,  serta Visi Guru Penggerak. 

        Untuk menumbuhkan karakter murid, mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dan pembelajaran yang berpusat pada murid maka salah satu hal yang perlu dilakukan adalah menciptakan budaya positif di kelas atau di sekolah. Budaya positif dapat dijalankan dengan menerapkan  konsep-konsep inti seperti disiplin positif dan nilai kebijakan universal, motivasi perilaku manusia (teori motivasi, hukuman dan penghargaan, restitusi), keyakinan kelas,  kebutuhan dasar manusia, 5 posisi kontrol, dan segitiga restitusi.

        Disiplin positif adalah bentuk kontrol diri yaitu belajar untuk mengontrol diri agar dapat mencapai suatu tujuan muia. Yang dimaksud dengan tujuan mulia disni adalah mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal. Nilai-nilai ini merupakan ‘payung besar’ dari sikap dan perilaku manusia, atau nilai-nilai ini merupakan fondasi dalam berperilaku. Nilai-nilai kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia yang merupakan tujuan mulia yang ingin dicapai setiap individu. Tujuan mulia dari penerapan disiplin positif adalah agar terbentuk murid-murid yang berkarakter, berdisiplin, santun, jujur, peduli, bertanggung jawab, dan merupakan pemelajar sepanjang hayat sesuai dengan standar kompetensi lulusan yang diharapkan.

        Motivasi perilaku manusia terdiri dari 3, yaitu: untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman, untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain dan untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Motivasi pertama dan kedua bersifat eksternal atau ektrinsik sedangkan motivasi ketiga bersifat internal atau intrinsik. Tujuan dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang ketiga (untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya) pada murid-murid yaitu untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Ketika murid-murid memiliki motivasi tersebut, mereka telah memiliki motivasi intrinsik yang berdampak jangka panjang, motivasi yang tidak akan terpengaruh pada adanya hukuman atau hadiah. Mereka akan tetap berperilaku baik dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan karena mereka ingin menjadi orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai yang mereka hargai. Salah satu cara menerapkan hal ini kepada murid yaitu dengan menghindari hukuman dan pemberian penghargaan yang berlebihan kepada murid agar meminimalisir motivasi eksternal dalam diri murid.

       Keyakinan kelas atau sekolah adalah suatu bentuk nilai-nilai kebajikan universal yang disepakati secara tersirat dan tersurat, lepas dari latar belakang suku, negara, bahasa maupun agama. Keyakinan kelas/sekolah terdiri dari pernyataan-pernyataan nilai universal yang dibuat dalam bentuk kalimat  positif yang disepakati bersama oleh guru dan murid untuk menjadi pedoman dalam berperilaku dan dan berinteraksi di kelas/sekolah. Nilai-nilai Kebajikan menekankan pada keyakinan seseorang akan lebih memotivasi seseorang dari dalam. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya. Selain sebagai upaya dalam membangun budaya positif, dengan adanya sebuah keyakinan kelas maka diharapkan mampu mewujudkan tujuan dari pendidikan yaitu dalam pembentukan karakter Profil Pelajar Pancasila pada murid.

        Seluruh tindakan manusia memiliki tujuan tertentu. Semua yang kita lakukan adalah usaha terbaik kita untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Ketika kita mendapatkan apa yang kita inginkan, sebetulnya saat itu kita sedang memenuhi satu atau lebih dari satu kebutuhan dasar kita, yaitu kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kasih sayang dan rasa diterima (love and belonging), kebebasan (freedom), kesenangan (fun), dan penguasaan (power). Ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan, hal itu sebenarnya dikarenakan mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka. Konsep 5 kebutuhan dasar manusia tidak hanya berlaku bagi anak-anak atau murid-murid, namun juga bagi manusia dewasa, dalam setting sekolah adalah para tenaga pendidik dan kependidikan. Glasser menyatakan bahwa kapasitas untuk berubah ada di dalam diri kita. Jika kita dapat mengidentifikasi kebutuhan apa yang mendorong perilaku kita, maka perubahan perilaku positif dapat dimulai dengan mencari solusi untuk memenuhi kebutuhan tertentu dengan cara yang positif.

        Posisi kontrol guru terdiri dari 5 posisi kontrol, yaitu: Penghukum, pembuat rasa bersalah, teman, pemantau dan manajer. Posisi Manajer, adalah posisi di mana guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri. Seorang manajer telah memiliki keterampilan di posisi teman maupun pemantau, dan dengan demikian, bisa jadi di waktu-waktu tertentu kembali kepada kedua posisi tersebut bila diperlukan. Namun bila menginginkan murid-murid menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab, maka perlu mengacu kepada Restitusi yang dapat menjadikan murid kita seorang manajer bagi dirinya sendiri. Di manajer, murid diajak untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain. Disini penekanan bukan pada kemampuan membuat konsekuensi, namun dapat berkolaborasi dengan murid bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada. Tugas seorang manajer bukan untuk mengatur perilaku seseorang tetapi membimbing murid untuk dapat mengatur dirinya. Seorang manajer bukannya memisahkan murid dari kelompoknya, tapi mengembalikan murid tersebut ke kelompoknya dengan lebih baik dan kuat.

        Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Restitusi juga merupakan proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah mereka, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996). Langkah-langkah segitiga restitusi, yaitu: menstabilkan identitas, validasi tindakan yang salah dan menanyakan keyakinan. Tujuan dari penerapan segitiga restitusi untuk menghasilkan murid yang mandiri dan bertanggungjawab.

        Adapun keterkaitannya modul ini dengan materi sebelumnya yaitu Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Nilai dan Peran Guru Penggerak,  serta Visi Guru Penggerak yaitu: dengan menjalankan budaya positif di kelas/sekolah maka akan mempermudah dalam mewujudkan pendidikan yang berpihak pada murid yang sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara. Budaya positif dapat terwujud jika seorang guru memiliki 5 nilai guru penggerak yaitu, berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif dan inovatif. Budaya positif dapat terwujud dengan mendorong kolaborasi diantara semua warga sekolah dengan adanya keyakinan kelas/sekolah yang disepakati bersama dan dijalankan bersama. Budaya positif dapat terwujud dengan sejalan dengan visi yang telah ditetapakan yang mengacu pada profil pelajar pancasila. Dalam rangka menciptakan lingkungan yang positif maka setiap warga sekolah dan pemangku kepentingan perlu saling mendukung, menghayati, dan menerapkan nilai-nilai kebajikan yang telah disepakati bersama. Untuk dapat menerapkan tujuan mulia tersebut, maka seorang pemimpin pembelajaran perlu berjiwa kepemimpinan sehingga dapat mengembangkan sekolah dengan baik agar terwujud suatu budaya sekolah yang positif sesuai dengan standar kompetensi pengelolaan yang telah ditetapkan Peran saya dalam menciptakan budaya positif yaitu dengan berloraborasi bersama murid dalam membuat keyakinan kelas, selain itu memberikan pemahaman kepada murid tentang karakter profil pelajar pacasila dan berkolaborasi dengan kepala sekolah dan rekan guru dalam menciptakan budaya positif di sekolah.

 

B.     Refleksi dari pemahaman atas keseluruhan materi Modul Budaya Positif

1.        Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol,  teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

Setelah mempelajari modul 1.4 tentang budaya positif, saya mendapatkan banyak pembelajaran dan bisa memahami tentang disiplin positif, teori kontrol,  teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Setelah saya mempelajari modul ini saya bisa menerapkannya kedepan dan saya bisa mningkatkan hal yang masih kurang selama ini saya lakukan.

2.        Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

Setelah mempelajari modul ini terjadi perubahan pada cara berpikir saya dalam hal menerapkan keyakinan kelas yang seharusnya dibentuk bersama murid serta dalam posisi kontrol seorang guru yang seharusnya adalah sebagai seotrang manager serta dalam menangani masalah murid seharusnya menerapkan segitiga restitusi.

3.        Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?

Pengalaman yang saya alami selama menerapkan konsep budaya positif yaitu dalam pengimplementasian keyakinan kelas, saya melihat respon murid sangat positif dengan keyakinan kelas yang telah terbentuk dan mereka saling mengingatkan sesama teman tentang keyakinan kelas ketika ada teman yang melanggarnya. Selain itu, dalam menerapkan segitiga restitusi merupakan hal yang menarik karena pada kegiatan ini murid dilatih untuk mempertanggungjawabkan dan bisa mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi.

4.        Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?

Perasaan saat sangat senang karena dengan penerapan keyakinan kelas tersebut membuat murid lebih berkarakter serta bisa termotivasi secara intrisik dalam menerapkan keyakinan tersebut. Dari hal tersebut membuat saya semakin termotivasi dalam menciptakan dan menerapkan budaya positif di sekolah dan berbagi kepada rekan guru dalam penerapan dan pengalaman yang telah saya alami.

5.        Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?

Hal baik yang terjadi selama penerapan konsep ini yaitu sudah mulai muncul motivasi dalam diri murid dalam menjalankan keyakinan kelas dan kedepannya perlu dilakukan evaluasi dan refleksi secara berkelanjutan terkait dengan penerapan budaya positif tersebut. Serta saya akan terus belajar terutama dalam hal menjalankan posisi kontrol sebagai manager dalam berhadapan dengan murid.

6.        Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini,  posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya? 

Sebelum mempelajari modul ini saya biasa menggunakan posisi kontrol sebagai pembuat rasa bersalah dan penghukum sehingga perasaan saya juga biasa merasa sedih setelah memberikan hukuman kepada murid. Setelah mempelajari modul ini saya menggunakan posisi kontrol sebagai manager dan sekarang perasaan saya jauh lebih tenang karena membuat murid bisa mencari jalan keluar dari masalah yang telah dialami.

7.        Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?

Sebelum mempelajari modul ini saya biasa menerapkan segitiga restitusi tetapi hanya pada tahap validasi tindakan yang salah, contohnya ketika ada siswa yang datang terlambat saya menanyakan alasannya setelah itu saya langsung memberitahu untuk tidak mengulangi lagi dan memberikan hukuman kepada murid yang datang terlambat.

8.        Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?

Perlu menanamkan motivasi kepada murid  agar budaya positif bisa diterapkan juga di rumah agar menjadi kebiasaan positif bagi mereka di lingkungan manapun mereka berada.



Rancangan Aksi Nyata

Rancangan Aksi Nyata




Salam Guru Penggerak

Salam dan Bahagia

Tergerak, Bergerak, Menggerakkan